Setia Kepada Cita - Cita
Senin, November 19, 2012
Cita
– cita merupakan hal yang sakral dalam tujuan masa depan kita. Cita –
cita kadang dibuat oleh kita sendiri ketika kita ditanya seseorang “apa
cita – cita kamu?”. Pertanyaan itu muncul dari semenjak kita dini.
Jawabannya pun dominan sangat monoton. Menurut saya,cita – cta itu lahir
ketika kita sedang berproses yang artinya dalam rangka sedang proses
memilih tujuan hidup. Kadang juga,cita – cita kita direvisi oleh kita
sendiri sesuai kapasitas dan jiwa kompetensi kita sendiri. Bahkan disaat
kita ingin jadi polisi dan ada orang yang menceritakan hal – hal yang
negatif ketika ingin masuk polisi. Bisa jadi cita – cita itu luntur
dengan sendirinya jikalau kesetiaan kita terhadap cita – cita itu tanpa
ada dasar keyakinan.
Semakin kita banyak
membaca buku,membaca situasi dan membaca tentang apa yang kita cita –
citakan. Daya juang kita telah bergelut dengan apa yang dinamakan jati
diri di instrumen kehidupan ini. Tidak selamanya idealis seseorang itu
bertahan lama,itu semua tergantung kondisi. Bisa saja cita – cita yang
telah lama di idamkan bisa beralih ke cita – cita yang baru. Karena
telah menemukan hal yang baru dan membuat hati senang menjalankannya.
Banyak yang saya temukan di sekitar saya,mereka yang masih tersesat
untuk tujuan hidupnya. Maksud saya profesi yang ingin di ambilnya. Teman
saya pernah bilang “ semakin gue banyak baca dan banyak bidang yang gue
suka,semakin bingung gue mau pilih yang mana” cetus teman saya ketika
ditanya tentang cita – citanya.
Sejak Dini Sudah Harus Punya Cita - Cita |
Itu bukan jawaban yang
negatif tentunya,bagi saya itu jawaban yang sangat apresiatif untuk
kehidupannya . Maklum saja,teman saya itu dikatakan labil karena banyak
hal yang dia suka dan mungkin juga dia itu fleksibel untuk cita – cita
yang diembannya. Menurut saya,apapun profesi saya nanti kalau senang
menjalankannya itu tidak masalah. Apalagi profesi saya berhubungan
dengan jurusan perkuliahaan yang saya ambil,itu jauh lebih baik. Banyak
juga profesi mahasiswa yang berbeda haluan dengan jurusan yang diambil
pada saat menjadi mahasiswa dulu. Beban berat yang diambil itu ketika orang mempertanyakan profesi yang berbeda dengan jurusan yang diambil.
Makanya,apapun bentuk
perjuangan kita. Kalau bisa tetap setia pada cita – cita kita. Karena
banyak juga mereka para mahasiswa yang pesimis dengan jurusannya masing –
masing. Makanya mereka mempersiapkan diri untuk belajar ilmu lain
jurusan karena takutnya tidak sesuai yang diharapkan profesinya namun
mereka sudah siap menjalankannya. Harusnya bisa disadari itu cuma untuk
kualitas wawasan saja bukan untuk difokuskan dan menyelingkuhi ilmu yang
kita pelajari dikampus. Karena tingkat kefokusan terhadap jurusan masih
minim. Apalagi kalau di poligami dengan berstudi di kampus dan
berorganisasi.
0 comments