Sahur On The Road Yang Salah Tafsir

Malam minggu kemarin, saya dan teman himpunan mahasiswa islam mengadakan sahur on the road di sekitar ibukota. Rute yang kami lewati sangat terjal terlebih kemacetan yang melanda perjalanan kami sampai tujuan. Saya tidak akan mengeluh tentang kemacetan sewaktu melaksanakan sahur on the road melainkan sahur on the road yang kian menjadi ajang pamer jati diri. Anak sekolah yang bertendensi untuk cari muka bukan cari amal merusak sahur on the road yang seharusnya ditujukan untuk kemuliaan. Bahkan, saya setelah bergerilya lewat jejaring sosial menemukan akun - akun anak sekolah yang materi tweetnya sangat berandal sekali. 

Banyak sekali akun - akun anak stm yang sudah mempersiapkan dirinya untuk membuat skenario bar-bar walau ada juga akun anak stm yang mengedepankan cinta damai selagi bulan rhamadan. Saya jadi sangat bingung, padahal tahun - tahun sebelumnya tidak seramai pada malam minggu kemarin. Ramai sekali hampir mirip sama malam takbiran tapi bedanya cuma tidak ada truk dan bis yang biasanya meramaikan malam takbiran. 


Akun Twitter Stm 6 Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Lihat saja gambar diatas, Para anak sekolahan yang berlagak itu salah menafsirkan Sahur on the road menjadi tawuran. Memang bukan hanya para pelajar saja yang membuat onar, ada juga para pemuda yang liar dalam melakukan sahur on the road. Tapi jelas sudah kalau para anak pelajar ini yang sudah mempersiapkan diri untuk tawuran pada saat sahur on the road. 
Salah satu tweet dari anak stm 

Saya juga sangat prihatin dengan pola para pelajar ini. Seharusnya Polda lewat akun twitternya bisa memaksimalkan jejaring sosial ini untuk mewanti - wanti para pelajar yang mencari jati diri. 



Buka Bersama HMI YAI

Biasanya, buka bersama sekalian dijadikan ajang reuni. Semua teman yang saya kenal memamerkan segala foto pasca buka bersama dengan teman-temannya. Bulan rhamadan ini buka bersama makin marak. Untuk aplikasi path yang saya pakai. Hampir semua teman saya memamerkan foto buka bersama. Saya juga tidak mau kalah. Tapi rasanya terlalu berlebihan kalau ikuti mereka. 

Organisasi yang saya geluti akhirnya mengadakan buka bersama. Dua tahun lalu saya tidak ikut. Kata teman saya, pada dua tahun lalu itu banyak sekali yang datang. Dari junior sampai senior bercampur aduk dengan jumlah lebih dari dua lusin. Lalu tahun kemarin, jumlahnya juga sedikit hampir sama dengan tahun sekarang. Untuk tahun sekarang ini menjadi istimewa karena setelah buka bersama langsung menjejakan kaki ke diva - tempat karoekan-. 

Keluarga HMI YAI
Photo diambil sama karyawan 'mas miskun'


Sebenarnya saya juga ingin yang hadir itu sama seperti dua tahun lalu seperti apa yang saya tulis sebelumnya. Tapi yang datang cuma kurang dari dua lusin. Senior yang hadir cuma ada dua orang. Saya juga ingin berinteraksi dengan para senior yang lain dan dikasih masukan yang bermanfaat. Susah kayaknya untuk berkumpul dengan para senior. Kesibukan menjadi suatu kendala untuk mengumpulkan dalam satu meja. Saya berharap pada tahun - tahun mendatang buka bersama bisa mengumpulkan para senior dan junior yang banyak dalam satu meja. Lalu saya pamerkan kepada teman saya dijejaring sosial yang saya punya. Karena momen berkumpul dalam jumlah keluarga HMI YAI yang banyak sangatlah sulit. 

Kuliah, Pekerjaan dan Liburan

Tiba juga akhirnya untuk merumuskan masalah yang nggak karuan ini sepanjang malam. Jadi begini, Ibu saya cuma bisa menyelesaikan kuliah saya sampai semester delapan saja. Saya nggak bisa menerima kenyataan kalau saya cuti. Saya cinta ruang belajar dan kuliah. Ini yang buat saya nggak karuan sepanjang hari. Saya memang harus cari uang, tapi apa daya kalo pekerjaan belum melekat juga. Beberapa hari yang lalu senior kampus saya menawarkan saya pekerjaan jadi wartawan. Tapi kenapa harus wartawan politik yang dia tawar. Kenapa nggak jadi wartawan yang langganan di rubrik tekno atau hiburan musik. Ini memang tantangan. Jujur saja, saya ini sudah apatis dengan aktivitas politik di indonesia. 

Inilah yang buat saya bingung juga, tapi pada akhirnya kesempatan ini saya ambil juga walau ini masih tentatif. Senior saya menawarkan saya mengisi rubrik politik di media cetak. Media ini akan segera launching 17 Agustus 2013 mendatang. Ini kesempatan untuk menabung biaya kuliah meski telat beberapa bulan. Sialnya, selain saya memikirkan untuk biaya kuliah, saya juga sudah pesnt tiket untuk liburan ke singapure dibulan september nanti. Ini yang bikin saya pusing lagi, saya belum buat pasport lalu belum bayar tunggakan kepada teman yang sudah pesan tiket atas nama saya. 

Biaya kuliah belum ada, tapi saya malah rencana untuk  liburan. Untuk liburan budjet harus diatas rata- rata. Untuk kuliah juga demikian. Peluang untuk menutupi ini memang harus mengambil tawaran itu meskipun menjadi wartawan politik. Mulai sekarang harus bisa beradaptasi demi pekerjaan nanti di media cetak. Berharap besar aja hasil dari menjadi wartawan bisa memulihkan kondisi finansial yang mengerucut tipis. Hehehe.