Malam minggu kemarin, saya dan teman himpunan mahasiswa islam mengadakan sahur on the road di sekitar ibukota. Rute yang kami lewati sangat terjal terlebih kemacetan yang melanda perjalanan kami sampai tujuan. Saya tidak akan mengeluh tentang kemacetan sewaktu melaksanakan sahur on the road melainkan sahur on the road yang kian menjadi ajang pamer jati diri. Anak sekolah yang bertendensi untuk cari muka bukan cari amal merusak sahur on the road yang seharusnya ditujukan untuk kemuliaan. Bahkan, saya setelah bergerilya lewat jejaring sosial menemukan akun - akun anak sekolah yang materi tweetnya sangat berandal sekali.
Banyak sekali akun - akun anak stm yang sudah mempersiapkan dirinya untuk membuat skenario bar-bar walau ada juga akun anak stm yang mengedepankan cinta damai selagi bulan rhamadan. Saya jadi sangat bingung, padahal tahun - tahun sebelumnya tidak seramai pada malam minggu kemarin. Ramai sekali hampir mirip sama malam takbiran tapi bedanya cuma tidak ada truk dan bis yang biasanya meramaikan malam takbiran.
Akun Twitter Stm 6 Kramat Raya, Jakarta Pusat. |
Lihat saja gambar diatas, Para anak sekolahan yang berlagak itu salah menafsirkan Sahur on the road menjadi tawuran. Memang bukan hanya para pelajar saja yang membuat onar, ada juga para pemuda yang liar dalam melakukan sahur on the road. Tapi jelas sudah kalau para anak pelajar ini yang sudah mempersiapkan diri untuk tawuran pada saat sahur on the road.
Salah satu tweet dari anak stm |
Saya juga sangat prihatin dengan pola para pelajar ini. Seharusnya Polda lewat akun twitternya bisa memaksimalkan jejaring sosial ini untuk mewanti - wanti para pelajar yang mencari jati diri.
- Selasa, Juli 30, 2013
- 0 Komentar