Kultur Bertutur Pada Saat Introduksi

Berkenalan adalah sebuah aktivitas dan syarat yang diperlukan ketika kita ingin mengenal atau minimal kita mengetahui siapa orang yang kita jabat tangan. Dalam tradisi indonesia jabat tangan sebuah kultur yang dari turun temurun. Semua orang pasti pernah melewati hal ini tapi dengan bermacam - macam kondisi dan ambisi. Tapi selama orang yang sedang berkenalan dengan berjabat tangan ini pernah nggak dikonten selama perkenalan itu berucap "Senang berkenalan denganmu". Hehehe, Padahal kalau kita belajar bahasa inggris pasti kita diajarkan untuk berbicara itu pada saat berkenalan. Iya kan. 

Nah, di indonesia gue belum pernah liat orang bahkan gue pun bilang "senang berkenalan denganmu" perkenalan ala indonesia ini sangat sederhana. Nggak ada testimoni disaat setelah berkenalan dengan siapapun. Padahal, gue selalu mau merubah gaya perkenalan gue disaat berkenalan dengan orang lain. Tapi memang manusia pelupa yah jadinya gak keingetan disaat lagi proses perkenalan.

Kayaknya ngomong itu berat yah, nanti malah disangka berlebihan deh kalau didengar oleh teman. Hahahaha. Padahal setiap gue nonton film, gue mau banget praktik untuk mengeluarkan kata itu disaat berkenalan, tapi kultur indonesia memang khas, perkenalan standar aja. hehe

Hei situ, Kenapa Begitu Sama Sini



Konflik? Ya semua manusia pernah merasakan konflik, konflik yang bermacam - macam dengan berlatar belakang berbeda. Banyak juga manusia yang dilahirkan karena konflik dan gelap tak terlihat lagi karena konflik. Dengan banyaknya konflik sampai ada yang namanya manajemen konflik. Pertama dengernya sih rada kaget tapi setelah di baca-baca oke juga sih isinya. Hehe Tapi gue nggak mau bahas konflik secara formal, gue mau menceritakan konflik gue dengan seseorang yang gue anggap begitu (multitafsir nih kata "begitu") Hehe. 

Gue dilahirkan dijanin keluarga intelektual, tapi bukan keluarga kandung melainkan keluarga yang dihimpun dari sebuah organisasi. Setelah tiga tahun berkecimpung di organisasi yang menghimpun dari kampus gue sendiri. Gue udah banyak merasakan hal - hal yang pedih dan sebaliknya. 

Pada senin sore, gue sempat bertemu teman gue di sebuah kedai papan atas di ibukota. Teman gue ini berinisial RKA, EL dan SH. Tempatnya nggak jauh dari sekitar kampus gue, sebelum gue merasakan sesuatu yang ganjal disana, sempat ada obrolan hangat dengan dibalut pop mie. Setelah bicara apa saja, mulailah teman gue RKA membuat pernyataan ke gue yang sifatnya melecehkan gue. (Aiiih, melecehkaan, udah kaya cabe2an yang di grepe di buswey aje) Hahaha. 

Di kedai itu, setelah RKA kasih pernyataan yang membuat gue geram, gue langsung pergi aja dari situ, emosi banget waktu itu, untung gue bisa kendalikan itu dengan cara gue harus out dari situ. Sialnya, gue pake sok emosi udah gitu nggak ada uang parkiran, akhirnya gue pakai kata - kata sakti aja ke tukang parkir. "Bang, gue nanti balik lagi" Hehehe. 

Ini anak berinisial RKA, Gue melihat orang yang gue anggap "begitu" ini cerdas, punya sikap, blak-blakan dan punya kelebihan yang lebih dari gue. Gue hargai itu. Jaringan dia di organisasi ini sangat baik. Pokoknya dia mengabdi dengan tulus untuk organisasi perkaderan yang gue cintai  itu. Rasa pengabdiannya gue hargai dengan penuh hormat. 

Tapi itu semua membuat dia nggak menghargai gue  sama sekali dalam menyikapi sesuatu yang dia anggap sebelah mata. Gue agak geram dengar dia membodohi gue karena melakukan sesuatu yang dia nggak tahu alasannya dan menghakimi gue dengan kalimat sarkas "Lang, lu katanya dibegoin melulu ya" Begitu apa yang dia bilang ke gue. Sebenarnya masih ada terusanya tuh kalimat, tapi diawalnya aja udah nggak enak.

Inilah yang gue benci sama dia, dia merasa dia mengusai masalah, dia merasa dia tau apa yang sebenarnya dia nggak tau, ya pokoknya sok tau deh. Gue hargai hipotesa tolol dia. Mungkin dia mendapat dari sumber yang sedang membenci gue atau yang sering pandang gue sebelah mata. Ya biasa, itu mah demagog bodoh. 

Dia kira gue penghianat, sampai dia tulis di twitter segala. Begini kalimatnya "Percaya tidak percaya, but that's happened, selalu ada penjilat bahkan di tempat yang kau anggap keluarga" Ya gue yakin kata - kata itu buat gue. Jadi kalau dikondisikan dengan judul lagu the clash "Should i stay or should i go?" itu masih dalam pertimbangan sih. Karena gue masih merasa butuh dengan semuanya. 

Gue sempat kecewa bacanya kenapa dia bisa anggap gue begitu, gue cuma mau klarifikasi ke dia, siapa orang yang bilang kalau gue dibodohi. Dan ketika gue tanya sama teman gue yang gue kira dia yang bilang gue bodoh, dia malah bilang "Semua orang juga tau lang, kalo lu bego!" Ujar Teman gue itu dengan nada sinis. Bisa jadi aja dia yang lapor selama gue berhimpun ke RKA itu. 

Tapi bisa juga bukan dia sih, begini loh ketika hak kita untuk berteman malah di kotori dengan hal yang politis. Itu busuk banget bagi gue. Gue selalu cari cara agar berteman dengan baik dan berada ditempat yang tepat untuk hal yang sifatnya politis ini. Ketika sun zhu berkata bahwa kenali dirimu, kenali musuhmu, dan kenali medan tempurmu dan kau akan memenangi seribu pertempuran. Ya sebenarnya,  gue sedang mengimplementasikan itu. Tapi teman gue RKA itu bodoh dengan ketidaktahuan dia. 


Ini semua memang demi kepentingan, karena gue punya misi besar dan mau menjadikan teman gue menjadi besar di mata mereka dengan apa yang dipandang RKA sebelah mata, dan gue juga mau buktiin ke salah satu teman gue EL kalau gue lebih baik dari dia. Gue punya keyakinan gue berhasil dengan misi - misi besar gue.