Kita Bersahabat Lebih Dari Saudara


Kita ada di sini bukan untuk saling bersaing. Kita ada di sini untuk saling melengkapi. – Bill Mccartney
Suatu malam, teman saya mengirimkan sebuah gambar didalam grup aplikasi pesan whatsapp.  Dalam gambar yang dikirimkan teman saya berisi sebuah pesan yang membuat hati dan pikiran saya tergugah, kira - kira begini pesannya "Dan pada akhirnya sahabat satu persatu akan pergi entah untuk cita - cita, cerita cinta ataupun kemajuan diri, tapi satu hal yang pasti sejauh apapun kalian pergi kalian tetap harta yang terbaik yang selalu dihati dan tetap kunantikan hingga pulang kembali". 

Dalam sebuah grup whatsapp tersebut, berisi teman - teman semasa saya sekolah menengah atas. Mereka melibatkan saya sebagai keluarga kecil. Ironisnya, pasca sekolah dan bergelut dengan teman baru di perguruan tinggi, saya jarang sekali kumpul dengan mereka. Tidak seperti masa sekolah dulu. Mereka juga demikian, ada yang satu kuliah, ada yang kerja dulu. Kami tetap intens untuk komunikasi demi terjalinnya silaturahmi. 

Inilah muka - muka mereka yang saya maksud. kecuali si kerudung hitam
Sebenarnya, secara kuantitas jumlah teman saya yang mendeklarasikan persahabatan ini ada 6 orang. Kalau disebut namanya, takutnya mereka gede rasa, tapi yaudahlah di sebut aja yah. Ini juga merupakan testimonial bagi saya buat mereka yang pernah mengecap nikmatnya bersama dulu hingga kini. 

Pertama, ada Aryo. Dia sudah satu paket dengan Gustia yang sudah direnggut hatinya sejak masa sekolah dulu. Teman saya yang satu ini cerdas, produktif dan disiplin. Yang saya lihat aryo ini cekatan, hidupnya tidak pura - pura. walau bagaimanapun dia merupakan fans juventus, sebuah cobaan yang berat bagi saya yang notabene fans ac milan. 

Kedua, Riski Prasetia. Dia sudah satu paket dengan Nina. Hubungan asmara mereka sudah hampir menginjak kurang lebih delapan tahunan. Cukup luar biasa untuk ukuran anak muda jaman narsisisme kini. Riski tipe pria yang tahan banting, segala perih dia coba, dia berpikir dewasa sebelum saya berpikir tentang "kerasnya hidup ini" tapi seolah - olah tenang menghadapi masalah - masalah tentang "hidup", dia tidak semanis sekarang hidupnya kalau tidak melibatkan pacarnya. Bahkan, bagi saya Riski sangat beruntung mendapatkan tambatan hati Nina. Nina juga demikian, saya menilai bahwa perempuan ini sangat asik, woles dan cerdas. Walau tidak sama dengan Gustia, tapi dwi puan ini sangat masyur membuat pasangannya berpikir progress. 

Ketiga, Harvian, sosok pria ini sangat flamboyan, terasa sangat urban namun kecintaannya pada persija cukup mengelabui para temannya bahwa dia anak metropolitan. Saya cukup bangga dengan teman saya ini, dulu dia adalah supir terbaik saya untuk bertamasya mencari hidangan ke setiap rumah teman - teman saya. Jujur, saya kagum dengan harvian ini. Dia sering jajanin saya es kopi dan rokok kalau saya lagi main kerumahnya. Walau tidak merokok, dia adalah simpatisan para perokok. 

Keempat, Leo, Nama yang harum bagi kaum hawa. Ya, dia adalah gaman untuk hati wanita. Gayanya setengil Jhon Travolta dalam film 'grease', mimiknya yang bikin keki mengingatkan pada ringgo agus rahman, tapi dia tetap pujaan kaum hawa pada masanya. Hobinya yang berganti cewek, mengingatkan saya pada kisah Antonio Cassano yang telah meniduri 600 wanita. Semoga saja, cewek yang di perlakukan 'baik' tidak sebanyak itu. Itulah leo yang bukan sesadis Leonidas pada musuh - musuhnya dalam film "300". Tapi dia hanya sadis pada lawan jenis. Aaaw!

Kelima, Fahmi. Kalau dulu kita punya "the smiling general" pada sosok presiden soeharto. Sekarang, manusia yang bernama Fahmi ini juga tukang senyum. sosoknya yang pandai berhitung dalam bisnis jual beli susu pada masa itu, mengantarkan dia bertarung dengan cendikia lainnya di universitas kenamaan di ciputat dengan mengambil jurusan akuntansi. Pria yang periang ini sangat egaliter untuk urusan financial. Saya senang berteman dengan fahmi. 

Keenam, saya sendiri, silahkan mendeskripsikan tentang saya dalam media apapun. Saya berterima kasih dengan mereka semua, karena mereka adalah bagian didalam kehidupan saya. Jika saya ditanya, siapa 100 orang paling berpengaruh dalam hidup anda? saya akan jawab, mereka masuk dalam kategori tersebut. Bahkan, masuk dalam jajaran dua puluhan. 

Untuk kalian, Walau kita akan berbangga dengan apa yang kita punya, berusahalah agar tidak membuat temanmu berkecil hati, berusahalah agar cafe menjadi taman bermain pikiran, ide dan pengalaman kita. Berbagilah jika punya cerita pilu, sedih, bahagia dan lainnya. Berjanjilah, kelak kita akan bernostalgia dengan cerita apapun. Berceritalah pada keluargamu, bahwa kita pernah menjadi bagian termanis dalam hidupmu. Kalian adalah kawan seperjuangan, kolega ekspresif dan mitra masa depan. Kita tidak hanya akan menuju eudaimonia, tapi akan selalu memelihara bersama keadaan itu untuk menuju eudaimonia yang sempurna.

Salam manis,
Gilang

Menyibukan diri atau sok sibuk!

Akhir - akhir ini saya disibukan dengan kegiatan produktif. Dari menonton film, membaca buku – buku kesukaan dan aktivitas lain yang tentunya untuk pengembangan diri. Bulan april lalu, saya diberhentikan di sebuah majalah. Sempat berencana ingin bekerja lama dimajalah tersebut, tapi kenyataannya tidak sesuai harapan. Saya mulai memaklumi keadaan. Intinya, saya berdiplomasi dengan diri saya sendiri bahwa saya harus selalu melakukan kegiatan yang sifatnya mengembangkan diri.

Saya merasakan bahwa kegiatan ini saya dapatkan seketika saya belum mendapatkan pekerjaan, karena dalam hal membaca atau hal apapun yang harus disediakan adalah ‘waktu’. Karena kebanyakan yang lain, tidak dapat melalukan aktivitas tersebut karena biasanya mereka berujar ‘tidak ada waktu’. Kegiatan yang menyibukan diri itu diamini oleh musisi wahid bernama Bob Dylan, pernah dalam liriknya ia berseru “Jika kau tidak menyibukan diri untuk memperbarui diri maka kau akan disibukan oleh kehancuran”





Silahkan kalian tafsirkan sendiri, kalimat tersebut. Bukan berarti juga, bekerja tidak produktif, semuanya berpotensi produktif. Lagi – lagi kau sendiri yang merasakan efek dari semua yang kau lakukan. Menyibukan diri itu relative tapi jangan juga kau berlagak sok sibuk seolah tidak ada waktu untuk silaturahmi dengan rekan, kolega, atau keluarga sekalipun. Karena silaturahmi itu paling wahid karena sesepuh kita semua bisa bersatu karena silaturahmi untuk membuat persatuan. Sesibuk – sibuknya mereka bergerilya, pasti selalu ada waktu untuk konsolidasi membahas masa depan Indonesia. Ailah, nasionalis banget ini. Hehe