Euforia Magang di E-Motion Entertainment





Setelah memasuki masa kuliah,tiba – tiba saya ingin sekali berkecimpung dalam dunia musik. Bukan artinya saya ingin menjadi anak band. Tapi ada didalam dunia musik seperti wartawan musik atau orang yang berjasa pada musisi. Karena saya masih aktif kuliah,untuk menjadi wartawan musik sangatlah susah dan latar belakang saya sangat tidak mendukung untuk menjadi wartawan musik. Tapi saya tidak putus asa untuk menjadi apa yang saya mau. Saya terus berusaha menjadi wartawan musik walaupun kemungkinan itu sangat kecil. 

Untuk menjadi bagian dari dunia musik,saya pun tercebur didalam label musik. Saya disana hanya magang. saya diterima untuk magang di label musik itu. Wawasan saya akan terancam bertambah untuk dunia musik karena saya benar ingin tahu semua prosedur dan hal teknis yang ada di label musik tersebut. Dari proses rekaman sampai promosi. Saya mendapatkan magang di label musik arus utama E-Motion Entertainment. Label ini yang menaungi beberapa seniman musik kenamaan macam Piyu, Anji, Titi Kamal,Tompi, Armada, Marcell dll. 

Saya sebenarnya sangat bertentangan dengan label musik arus utama karena saya penganut musik indie yang menawarkan genre – genre dari musisi dalam negeri. Penganut musik indie itu biasanya sangat anti yang namanya label musik. Ketika band indie metal seperti Burgerkill yang direkrut oleh Sony Music para pendukung band itu sangat mengecam dengan bergabungnya Burgerkill ke label musik itu. Tapi apa mau dikata memang cara bertahan sebuah band itu harus bergabung ke label. Karena akodomasi pembuatan album sampai promosi lagu label itulah yang bertanggung jawab. 




Itulah,penganut musik indie memang seperti itu. Saya juga demikian, tapi kesempatan untuk tahu dunia musik didalam label musik sangat terbuka. Saya coba untuk magang di E-Motion Entertainment. Dua bulan lamanya saya magang disana saya agak banyakmengetahui tentang proses, promosi,konsep dan angka didalam dunia musik. Saya banyak belajar dari rekan divisi saya,namanya Rangga Ibiza. Dia sangat pandai membuat saya terus ingin tahu tentang dunia musik lewat pengetahuan dia yang sudah lebih tahu dulu. Saya hanya belajar banyak dari dia ketika magang disana. Dia sebelumnya mengais rezeki disalah satu radio nasional. 

Lewat pengalaman dia yang bergaul dengan musisi dan secara teknikal,asa saya untuk bertanya jadi semakin menggebu-gebu. Walaupun tidak semua yang dia kasih tahu tapi saya banyak mendapat hal yang saya tidak ketahui menjadi tahu dalam dunia itu. Selain dari itu,diruangan divisi saya memang menyediakan fasilitas yang memadai dan informatif. Majalah,internet,televisi berbayar dan radio semua ada di ruangan saya. Betapa bahagianya saya bisa magang disana. Tapi itu hanya dua bulan lamanya saya bisa mengalami masa magang yang menyenangkan.

Selain mendapat pengetahuan tentang proses rekaman dan sebagainya di E-Motion Entertainment. Saya juga merasakan menjadi bagian Event Organizar disana. Pada 23 Februari 2013 E-Motion Entertainment menjadi bagian dari penyelenggaran pagelaran wayang modern “Hanoman,The Ultimate Warrior”di Tenis Indoor ,Senayan. Pagelaran ini disini oleh seniman panggung dari luar negeri seperti Broadway. Diacara ini saya membantu Rangga Ibiza untuk memantau jalannya pagelaran tersebut dan mengatur para jurnalis untuk meliput. Saya merasakan senang karena bisa terlibat didunia yang saya sangat inginkan untuk dijadikan sebuah mata pencaharian. 

Tapi lewat keterlibatan saya didunia hiburan sangatlah membuat saya bersyukur. Walaupun saya hanya anak magang tapi saya merasakan hal yang sangat saya inginkan. Saya senang dengan pekerjaan saya walau hanya magang. Saya sangat berterima kasih oleh Fauzan selaku manajer divisi promosi yang telah membuat saya merasakan dunia pekerjaan yang saya inginkan. 

Terima kasih E-Motion Entertainment.

Modus Ongkos Pulang

Ditipu itu kurang enak yah,bayangin aja. Waktu saya bantu anak promosi buat kirim materi lagu ke rombongan radio yang ada di sharinah. Pulangnya,saya dihadapkan oleh seorang ibu - ibu separuh baya yang meminta uang kepada saya untuk ongkos pulang. Ketika ibu itu memohon kepada saya,saya langsung teringat acara tv yang kalau kita kasih duit terus dipanggil oleh crew acara tersebut dan dapat uang beberapa kali lipat. Tapi nyatanya,ketika saya memberikan uang memang awalnya saya berharap ada kamera di sekitar saya.

Ilustrasi Muka Ibu Tua Yang Di Sharinah
Tapi beberapa menit kemudian saya tunggu dan tidak berefek apa -apa. Saya berpikir,kalau ini memang modus ibu itu aja agar dapat uang dengan cara yang bisa dibilang "gampang" lah. Lucunya,mana saya punya uang sedikit udah gitu uangnya dikasih ke ibu modus itu lagi. Wah ini blunder banget. Beneran loh,saya pikir itu memang program acara gitu. Soalnya,saya pernah dateng ke acara kick andy dan kebetulan temanya tentang itu. Jadi,orang yang tidak mampu masih mampu memberi dan di cap pahlawan. 

Tapi itu semuanya cuma semu dan saya benar jadi korban kemodusan ibu sialan itu. Yah anggap aja itu sedekah deh,tapi ikhlas tidaknya saya masih pertimbangkan. Nah,setelah selang dua minggu. Saya shalat jum'at di masjid dekat kantor saya,setelah pulang dari sana, Saya ketemu bapak tua yang modusnya sama. Dia meminta uang untuk ongkos pulang. Setelah kejadian di sharinah itu,saya pasang muka belagu aja ke bapak tua itu. dalam hati mah "sialan,gue mau dikadalin lagi". Nah,itu modus baru yang ternyata sekarang sedang beredar diibukota. Pesan saya mah,hati - hati yah cyiin. 

Penyajak Jalanan Masih Ada



Sudah lama saya tidak menemukan orang yang berjasa untuk menghibur dengan gaya puitis. Dulu sering sekali saya dihibur oleh penyajak ketika masih aktif dengan bus kota dan kereta listrik. Semenjak itu saya sudah tidak merasakan lagi para jasawan puitis yang menghibur dengan adaptasi para penyajak ternama.

Chairil Anwar
Ketika saya berkunjung ke sebuah taman di tengah ibukota. Saya kaget ketika saya dengan teman saya sedang asyik berbincang alih – alih ada seorang bapak tua menawarkan  jasanya untuk membacakan puisi dengan genre asmara. Saya dengan senantiasa mendengar puisi yang bapak tua bacakan. 

Puisi itu saya lupa judulnya apa,tapi bapak tua itu mengadaptasi puisi lama karya Chairil Anwar. Kebetulan diantara teman saya juga ada yang antusias terhadap dunia sajak. Dia sangat menghayati puisi karya chairil anwar itu. Kebetulan juga teman saya itu perempuan jadi ketika ada bait – bait yang terucap dengan penuh makna yang tersirat dia langsung mengkerutkan dahi. Pertanda itu bingung atau takjub saya tidak tahu.

Jujur saja,saya juga kagum dengan penghayatan yang bapak tua lakukan. Saya mengapresiasi sekali kinerja bapak tua itu walau puisinya karya orang lain. Tapi yang saya bingung,biasanya sekarang ini jasa itu sudah beralih ke musik tapi dia tetap menawarkan jasa puisi dan tetap saja ada orang yang antusias terhadap itu.

Setelah itu,seketika saya berkunjung untuk yang kesekian kali ke taman itu,ternyata memang disana lahan bapak tua itu berkarya dengan puisinya. Saya kagum dengan apa yang bapak tua itu lakukan. Sekarang ini,sajak sudah merebak luas dengan sentuhan musik yang berbuah jadi lagu. Lirik bisa saja lahir dari sajak. Sekali lagi,memang puisi itu belum mati. Masih banyak yang masih berkarya dengan itu.

Film Indonesia Dilanda Digitalisasi

Jakarta.- Teknologi mutakhir sekarang telah memberikan dampak yang ektsra besar pada proses digitalisasi perfilman. Era sekarang semuanya mudah dengan hadirnya digitalisasi. Siapa saja bisa membuat film dengan memakai berbagai jenis kamera dengan kualitas gambar yang mumpuni.

Menurut Riri Riza selaku pekerja seni “sebenarnya film indonesia sudah menggunakan sistem digitalisasi sejak medio 1980’an” paparnya pada diskusi yang diadakan di Salihara  [6/3/2013] Pasar Minggu,Jakarta Selatan.

“Pada tahun 1990’an sudah hadir digital non linear editing yang harus mengolah data negatif dan membawa ke australia atau ke negatif untuk dijadikan format digital lalu kembali lagi ke format analaog” katanya lagi dalam diskusi yang juga dihadiri kritikus film senior. J.B. Kristanto.

Perbedaan dengan adanya digitalisasi sangat jauh dari segi nominal,medio orde lama dan orde baru harga 1 kopi film berkisar 10 juta pertayang di bioskop. Tapi semenjak ada Digital Cinema Package (DCP) harga berubah menjadi 3 juta. Bentuknya seperti eksternal disc dengan bobot berat 1 kg.

Menurut Riri Riza lagi ”Pada tahun 2011,sekitar 80% bioskop diindonesia sudah memakai format digital “ Tambahnya. J.B Kristanto yang notabene anggota juri FFI juga menambahkan “Bahwa pada tahun 2012,semua bioskop diindonesia memakai format digital” Tambahnya. Diskusi yang didukung oleh Hivos ini juga mempercayakan Himkat Dermawan sebagai moderator,dia adalah pelaku seni animasi dan pemerhati film.

Kenangan Ikut Kegiatan Pramuka



Bekasi. Jawa Barat 2002. 

Kini saya berdiam di ibukota jakarta dan sedang kuliah disalah satu universitas swasta di jakarta.  Pindah pada pertengahan juni 2003 dari kota lama saya,bekasi,jawa barat. Sebelum saya pindah,saya sempat mengikuti beberapa acara yang diselanggarakan oleh sekolah dasar saya pada waktu itu. Salah satunya jambore pramuka. Sekolah dasar saya bernama Aren Jaya Dua,tapi seketika saya mengunjungi sekolah saya pada tahun 2010,sekolah itu sudah tiada. Saya sempat bertanya kapan sekolah saya sudah dirubah menjadi masjid. Warga sekitar yang saya tanya menjawab pada tahun 2006. Saya hanya melihat mesjid itu dengan berimajinasi kenangan saya pada waktu saya masih bersekolah disana dan membayangkan dengan penuh haru. 

Kegiatan yang saya ikuti pada waktu itu adalah pramuka,sudah lupa namanya itu acara jambore atau bukan yang pasti saya disuruh menginap tiga hari disekolah dengan beraktivitas kepramukaan. Lingkup sekolah saya ada diperkampungan. Saya sering mendengar cerita pramuka dari kakak saya bahwa pramuka itu identik dengan uji nyali,karena kakak saya mengikuti pramuka di kawasan cibubur,jakarta timur. Saya awalnya mengabaikan cerita kakak saya,tapi setelah pembagian kelompok dengan bernama kelompok kelinci. Pada malam kedua,semua kelompok disuruh untuk berkeliling dan mencari pos untuk sampai ke pos terakhir. 

Berbagai rintangan dengan gelap gurita tanpa cahaya,saya dengan kelompok yang berjumlah tujuh orang jalan dengan penuh takut dan membayangkan cerita misteri. Pos demi pos kita lewati sampai pada akhirnya menjelang pos terakhir kelompok kami disuruh berhenti sejenak. Karena kelompok yang lain jalan ke pos terakhir dengan keadaan berbeda yaitu dengan menutup mata. Kelompok kami ketakutan semua dan tidak ada yang berani untuk menutup mata tapi kakak kelas saya yang kebetulan menjadi koordinator,coba menenangkan hati kelompok kami.

Kelompok kami akhirnya menuruti apa yang kakak kelas saya inginkan,yaitu berjalan menuju tempat dengan menutupi mata kami. Mati kami ditutupi oleh dasi pramuka yang berwarna merah putih. Dijalan,kami dituntun lagi oleh pemandu. Kami sangat ketakutan dan bertanya – tanya kejutan apa yang akan dilakukan panitia. Ternyata hampir sama dengan yang diceritakan kakak saya. Kami dituntun oleh suara pemandu untuk masuk ke wilayah kuburan dan menunggu satu jam sambil jongkok. Ketika kami dibisiki suara – suara misteri dari pemandu kami. Kami disuruh membuka mata dan ternyat didepan saya banyak gambar seram yang diatur pemandu kami dan teman saya yang cewek menangis kencang dan demikian juga saya menangis pada waktu itu.

Saya tidak tahu apa yang ditujukan panitia sampai kami dibawa kearah sana,pada intinya ini hanya pembentukan mental katanya. Saya kapok tidak mau ikut pramuka lagi waktu itu. Tapi pada akhirnya waktu saya menginjak di bangku smp,saya ikut jambore tapi smp saya kan sudah dikota jadi tidak ada acara kunjungan ke kuburan lagi.