Akademika, Okupasional dan Resolusi

Illustration/pinterest.com
Tahun lalu, saya sedang berada di jogjakarta menikmati dan menanti pergantian tahun di jalan malioboro. Tahun ini, untuk liburan ke kota dekat atau bertamasya lokal saja tidak mampu. Dalam pikiran, rasa- rasanya baru saja menikmati liburan di jogjakarta, eh kini sudah mau pergantian tahun lagi. dari 2015 menuju 2016. Sebetulnya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Misalnya, kuliah saya yang kalau lulus tahun ini, genap usia akademik saya tujuh tahun dan masih banyak hal lainnya. 

Resolusi selalu ada didalam pikiran manusia menjelang tahun baru, harapan - harapan baru mulai muncul dalam benak dan disampaikan ke tuhan. Pada dasarnya, kita hanya berharap lebih baik saja. Toh, nanti akan dirasakan sendiri perubahannya. Bicara resolusi diri sendiri, saya tidak muluk - muluk. Saya cuma minta, tahun ini saya wisuda dan bisa bekerja lalu berencana untuk ke pelaminan (itupun kalau jodohnya sesuai). Ya, itu saja. 

Karena jujur saja, saya sudah gerah di kampus. Sekalinya mau berakademik lagi, itupun saya harus cari suasana baru. Semoga saja saya bisa melanjutkan proses akademik saya. Karena proses menuju kesana harus melewati tahun 2016, dan saya lagi - lagi berharap ditahun 2016 semuanya bisa sesuai rencana. Semoga saja. 

Selain dari hal akademik, adakalanya saya ingin mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidang dan passion saya. Minimal saya bisa bekerja di radio, e-commerce dan majalah. Pokoknya yang berkaitan dengan industri kreatif dan informatif. Karena pada dasarnya, saya suka pekerjaan yang mengedepankan fashion. Bukan karena apa - apa, tapi karena itu adalah syarat untuk lebih hidup dalam koridor gaya hidup. 

Resolusi yang tak begitu muluk ini, membuat saya jadi semakin ingin terburu - buru menyelesaikan apapun yang belum terselesaikan. Meninggalkan tahun pada dasarnya adalah meninggalkan jejak. Banyak hal yang harus diselesaikan agar jadi jejak yang karuan. Semoga tahun 2016 menjadi tahun yang hebat dalam perjalanan panjang hidup saya, semoga banyak hal - hal tak terduga yang positif untuk saya di tahun 2016. 

Jika diusir, lebih baik pulang


Ilustrasi/www.livescience.com
Bagaimana dengan judul diatas? Apakah kamu curiga dengan kondisi psikologis saya? Sebenarnya saya baik – baik saja. Kalian tau, bahwa setiap orang ingin sekali diakui keberadaanya walau tingkat eksistensinya kecil sekali. Anggap saja mereka itu hanya gumpalan dari warna – warna yang suatu saat akan dibutuhkan untuk melengkapi estetika lukisan.

Dalam beragam hal, eksistensi itu sebenarnya dibutuhkan oleh setiap orang, tapi mereka menganggap itu hal yang tabu jadi mereka seperti malu mengakuinya. Bisa pula dituduh sebagai pencitraan. Seperti yang Jean Paul Sartre katakan, bahwa eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi, maksudnya filsuf perancis ini bermaksud manusia akan memiliki esensi jika ia telah eksis terlebih dahulu dan esensinya itu akan muncul ketika manusia mati. Ya begitulah pokoknya. Dalam judul diatas ini, saya ingin bercerita tentang seorang anak yang ingin mengasah bakat dan kemampuannya di wadah yang seharusnya wajib dipertaruhkan segala pikiran, waktu dan raganya. 

Dalam hal ini, sebut saja anak itu Jhon!, Jhon adalah seorang mahasiswa yang katanya pintar, cerdas, kreatif, inovatif dan cakap. Petualangan jhon dalam organisasi sangatlah teruji, walaupun sedikit organisasinya tapi dia mendapatkan pengalaman yang berharga dan bisa didistribusikan kepada khalayak. Dalam cerita ini, Jhon masuk dalam sebuah organisasi sosial kemasyarakatan. Peran jhon disana tidak terlalu mewah, gagasan yang pernah dibangun juga dimentahkan tapi jhon tetap berusaha sebaik mungkin untuk menjaga dan membesarkan organisasinya.

Dalam suatu waktu, eksistensi jhon sudah diakui, didalam personal branding dia sudah diakui keberadaanya dengan predikat mahasiswa. Tapi walau diakui keberadaanya, didalam organisasi tersebut ada beberapa senior yang sudah lebih lama disana tidak ingin melihat perkembangan jhon ini dengan baik. Mereka itu, sangatlah bersinggungan dengan yang namanya mahasiswa, bagi mereka mahasiswa terlalu dewa dan menciptakan kelas – kelas lagi dalam tataran organisasi tersebut. Padahal Jhon merasa ini biasa saja, ini hanya masalah bagaimana cara kita memandang sesuatu hal.

Sudut pandang inilah yang membuat jhon sudah tidak merasa nyaman dengan situasi, padahal jhon merasa bahwa dia sudah menemukan rumah baru, tetapi jhon merasa seperti diusir dari organisasi tersebut, jhon dengan posisi sadar tidak mau berargumen berlebihan dan tidak ingin ada gerakan separatis. Bagi mereka, jhon tidak dibutuhkan. Bagi mereka, jhon terlalu pintar, organisasi tersebut hanya membutuhkan seseorang yang bisa kerja bukan yang pintar.

Jhon, mendengar pernyataan tersebut agak sedikit tergelitik. Dalam hati dia ingin bertanya pada orang yang memberikan pernyataan tersebut, pintar seperti apa yang tidak dibutuhkan diorganisasi? Jhon merasa gusar dan sedikit tahu diri. Karena jhon merasa seperti anak baru, jhon mengalah untuk mendapatkan wadah yang bisa menghargai perkembangan seorang manusia, di organisasi sosial kemasyarakatan itu tidak memberikan tempat terhormat kepada jhon, padahal jhon ingin mengabdi dan memberikan yang terbaik. Tapi jhon merasa seperti diusir, bagi jhon, lebih baik pulang ke rumah dan mecari hal hal lain yang baru.

Jhon Berkorban Semuanya, termasuk Asmara

Ya, dalam hal ini, siapa yang tidak marah kalau diusir dan merasa tidak dibutuhkan padahal ingin berkontribusi. Jhon juga demikian, wajar saja dia marah karena merasa tidak dihargai, merasa harinya di hardik. Bagi jhon, organisasi itu harus benar – benar di tinggalkan. Siapapun faktor yang akan membuat jhon bisa membuat bernaung lagi disana juga ikut ditinggalkan termasuk perempuan yang dia dekatkan.

Berat sekali bagi jhon untuk memilih keputusan ini, mungkin bagi jhon, perempuan itu dijauhi dengan sangat tidak masuk akal. Ada beberapa pertimbangan yang membuat jhon harus meninggalkan perempuan tersebut. Sebut saja, perempuan itu Nancy. Nancy adalah perempuan paling dekat dengan jhon di organisasi tersebut. Sangat dekat sekali. Karena nancy adalah senior juga dan orang yang paling kenal dengan para senior-senior lainnya, maka nancy bisa mengakibatkan jhon balik ke organisasi tersebut.

Jhon sudah merasa tersakiti, jhon sudah merasa tidak dihargai keberadaanya lagi, jhon sudah dibunuh identitasnya oleh mereka, jhon sudah didehumanisasi yang bersinggungan oleh asmara. Bagi jhon, meninggalkan mereka lebih baik atau bahasa relijiusnya itu hijrah. Walaupun jhon merasa masih ada perasaan dengan nancy, tapi resiko ini akan tetap diambil walau diujung jhon akan merasa menyesal. 

Tapi jhon percaya ada skenario lain yang akan mengantarkan jhon ke titik kebahagiaan. Begitulah nasib jhon dalam petualangan pencarian aktualisasi diri. Hinaan, airmata, gagal, kecewa, caci dan maki adalah segala bentuk proses yang akan menjadikan diri jhon lebih dewasa dalam menghadapi apapun dan dalam kondisi apapun. Jhon hanya bisa bersyukur kepada tuhan seru sekalian alam.

Ibu, Aku Merindukanmu

Tiba- tiba benak ini merasakan rindu yang mendalam kepada ibunda, kerinduan itu semakin memuncak ketika desir angin tak berkala menghembus tubuh. Ibunda yang memang sudah belasan tahun meninggalkan saya sejak dini, kini menyeret pikiran saya untuk mengenang ibunda dengan penuh haru. Izinkan saya menulis risalah untuknya.




Ibu, bagaimana kabarmu dipangkuan illahi?

Ibu, aku merindukanmu. Apakah kau bisa mendengarku dalam keadaan senang atau sedih? Bu, Anakmu kini, sudah besar bu. Aku sudah berteman dengan berbagai macam teman yang hebat dan matang. Bu, aku sudah dikelilingi orang hebat. Aku sudah diajarkan untuk bagaimana hidup yang tenang dengan ilmu pengetahuan.

Bu,semenjak engkau tiada. Banyak yang bilang, sewaktu aku masih kecil kau selalu mencariku, kau sayang sekali padaku, kau tahu ketika mereka bilang itu, aku menangis dalam hati dan rindu padamu. Aku bergumam dalam hati dan tersipu malu. Ketika mereka bilang itu, aku terngiang masa kecil saat bersamamu.

Bu, aku ingin bercerita denganmu, ayah sudah rapuh, semakin menua, wajahnya terlihat sayu. Sering sakit-sakitan, biarpun begitu, dia tetap sayang padaku, aku adalah hasil perjuangan kalian. Aku bangga pada ayah, dulu aku melihatnya riang, dia yang mengajariku berjalan kemana –mana, sekarang aku yang menuntunnya. Maafkan aku karena belum bisa memberi apa – apa dalam usia yang masih sangat belia ketika bersamamu, aku nakal, aku keras kepala jika kau suruh aku mandi, aku bandel.

Bu, aku ingin jadi orang besar bu. Aku ingin membuat harkat dan martabat keluarga kita dihargai sekitar, aku ingin bermanfaat bagi orang lain. bu, aku ingin tuhan menitipkan banyak rezeki padaku agar aku bisa beramal lebih. Bu, doakan aku agar bisa menyelesaikan pendidikan sampai bergelar doctor. Bu, Aku ingin membuat bangga ibu dan ayah.

Bu, aku ingin bercerita, aku sudah menemukan orang yang aku sayang, dia banyak membuat aku semangat dalam melakukan apapun, aku mencintainya, aku ingin menikahinya, aku ingin membuat keluarga seperti yang kau rajut dulu dengan ayah, aku ingin membuat senang orang – orang sekitar. Bu, doakan aku semoga aku bisa menikah dengannya. Bu, doakan aku semoga aku benar – benar siap secara apapun untuk dapat menikahinya.

Bu, aku sedih bu. Aku sedih jika aku ada dalam kondisi yang mengharuskan aku harus bercerita, aku tidak tahu harus bercerita pada siapa, pada ayah, dia kondisinya sedang sakit, aku tidak mau membawa beban padanya. Bu, aku sayang kamu, aku rindu kamu bu. Aku ingin memelukmu dengan rindu yang menggebu. Bu, Doakan anakmu ya bu.

Dari anakmu,
Gumilang Hidayat.