Kamu Masih Labil Nak..!!

Makin banyak, yang dramatugi di lini masa. 

Bagaimana dengan kamu? Apakah suka juga membuat hal yang mendramatisir di lini masa. Saya kira, kamu juga melakukannya. Kayaknya, saya juga pernah. Ya begitulah pokoknya. Jadi begini, saya punya teman yang baru saja putus dari pacarnya. Dia galau, pokoknya tidak karuan hidupnya pada saat itu. Dia merefleksikan apa yang dia rasa di lini masa. Twit dia sangat mencerminkan perempuan solehah. Seakan suci dipandang teman - teman yang mengikutinya di twitter. Saya juga berpikir demikian, kalau dia sudah beda. Maksudnya dalam bentuk positif. 

Lalu, dia rajin sekali mengamati para pakar agama islam di lini masa yang rajin ngoceh tentang hal - hal yang bersentuhan dengan agama islam. Dia selalu meritwit apa yang di twit oleh para pakar tersebut. Yang di ritwitpun hal pacaran dalam islam. Mungkin ketika, melihat twit dari para pakar yang ngoceh tentang pacaran dalam islam. Semakin menegaskan kalau ia sudah larut jatuh ke lembah cinta yang pahit. Menurut saya sih begitu. 

Tadinya ia hanya mengamati, beralihlah jadi dia yang twit dengan menyudutkan substansi dari pacaran. Sampai dia bilang begini "untuk mas atau mbak yang suka kultwit dakwah  agama tapi masih pacaran, maaf aja dakwahnya gak masuk ke saya". Ini seakan menjadi teori subjektif dia yang di dukung olehapa yang dia rasa dan baca, ini mendekatkan pada kebencian pada cinta. 

Saya terus terang kaget sekali melihat dia bergumam begitu di twitter. Akhirnya, dia jadi semakin islami dan mengikuti wadah islam. Semakin fanatik dan fundamentalis. Yang tadinya kiri menjadi kanan. Itu berubah cepat sekali semenjak saya kenal. Banyak yang menyenangi ketika dia kultwit tentang agama dan pacaran. Ada juga twit dia yang bangga akan kesendirian dia karena didukung faktor - faktor islami. Ta'aruf seperti di film ayat - ayat cinta mungkin inginnya dia. Saya mah berdoa yang terbaik aja buat dia. 

Sudah setahun akhirnya, saya tidak komunikasi lagi dengan dia. Bertatap muka pernah sesekali. Tidak berujung intens pula. Ketika menjelang hari raya idul fitri kemarin saya dengar kabar kalau dia yang tadinya sangat antipati dengan hal pacaran malah pacaran dengan sesama komunitasnya. Saya kaget, bingung. Pokoknya bercampur aduk perasaan saya.

Padahal, twit dia setahun yang lalu itu bukti kongkrit kalau dia antipati dengan hal pacaran. Malah sekarang, dia menjalin hubungan yang hanya diketahui sedikit orang. Ini miris sekali bagi saya yang mendengarnya. Lalu, ketika saya konfirmasi ini terhadap teman dia, kata teman dia benar kalau dia itu menjalin hubungan asmara. Bukan maksud saya ikut campur, tetapi apa yang dia tulis kadang beda dengan hal yang dia lakuin. Ini sih pencitraan menurut saya. 

Pantas saja, dia menjalin hubungan dengan seseorang jadi tidak pernah lagi kultwit tentang hal yang bersentuhan dengan dunia asmara. Karena dia juga melakukannya diam - diam dan tidak lagi antipati tentang pacaran seperti yang dulu ia sering tulis di twitter. 

Bukan Hanya Metallica

"Kalo cowok di hapenya belum ada lagu - lagu metallica, itu belum bisa di bilang cowok" sahut teman gue. Ini apaan nih maksudnya, gue merasa di intimidasi hidup gue lewat perkataan teman gue itu. Kejadian itu ketika gue masih duduk di kelas 3 smp. Menurut gue, teman gue itu sok tau. Tapi gue percaya juga sih, karena dikamarnya bertumpukan banyak kaset band yang berkiblat ke heavy rockhard rock dll , pokoknya hampir semua genre ada. Pada saat itu, gue semakin penasaran. Kok dia sampai segitunya bilang ke gue. Akhirnya gue pinjem kaset, yang pada waktu itu album some kind of monster yang isi lagunya cuma sedikit. Biasa aja menurut gue, gak seperti yang di ucap dan berlebihan dari teman gue itu. 

Akhirnya, gue tetap berjuang mencari bukti dari apa yang di bilang teman gue. Gue telisik terus tentang metallica dan lagu - lagunya. Sampai pada akhirnya gue menemukan ilham ketika mendengar lagu Enter Sandman. Lagu itu yang membuat gue agak mengenal Metallica. Berulang - ulang gue dengar lagu itu, gue juga sering liat aksi band itu di youtube. Biar bagaimanapun, gue percaya dengan kata teman gue itu. Tapi, ironisnya gue gak terlalu fanatik sama Metallica. Gue suka semua band, dari AC/DC, Ramones bahkan The Clash. Gue dengar semua band, dari berbagai genre. 

Sumber/mobygames.com
Setelah gue berwisata musik lewat band - band kondang, gue menemukan sekte musik yang gue suka. Walau musik yang ditawarkan metallica bukan hanya musik metal. Tapi band asal los angeles ini tetap menjadi perhatian dan gue segani. Gue lebih suka musik Punk,Garage Rock dan Psikedelik. Gue mendengar The Clash, G.B.H dll.Bukan hanya Metallica,The Clash dll. Tapi gue tetap percaya, bahwa Metallica tetap menjadi acuan bagi para musisi muda.

Metallica memang udah gue kenal dari gue cilik, sama seperti Rolling Stones yang gambar bibirnya di berbagai kalangan itu dipake. Sampai gue kira itu cuma sekedar gambar aja. Begitu juga, Metallica banyak pemuda waktu itu yang pakai kaos Metallica dan gue gak tau sama sekali itu apaan. Tapi setelah gue masuk dikelas 3 smp dan teman gue yang dengan sok taunya bilang gitu. Jadi gue bisa mengenal Metallica agak sedikit. Intinya, Metallica sangat sakral untuk dijadikan jawaban yang valid ketika para musisi ditanya "band apa yang menjadi inspirasi kamu?"

Mengejar Cita - Cita Menjadi Jurnalis, Apa Bisa?

Impian saya dari kecil memang belum terlihat. Saya juga tidak pernah merasakan apa yang saya mau dari kecil. Waktu terus beranjak, semenjak menginjak usia 17an saya baru sadar kalau saya menyukai dunia fotografi. Buktinya, saya masuk ekstrakulikuler yang orientasinya jurnalistik lewat foto. Sialnya, pada saat itu saya belum juga mempunyai sebuah alat foto. Semakin kandas cita - cita saya. Dunia fotografi itu asik bagi saya. Saya juga tidak bisa menjelaskan kenapa dunia foto itu asik. 

Waktu itu, saya belum tau dunia tulis menulis. Semenjak saya nonton film kambing jantan, saya jadi suka menulis di blog. Niatnya sih, mau lucu - lucuan aja kayak latar belakang pemeran utama di film kambing jantan, Raditya Dika. Makin kemari jadi ingin fokus ke dunia tulis menulis. Bodohnya saya pada waktu itu, ketika di tanya teman "Lang, Mau ambil jurusan apa pas kuliah" tanya teman. Pada saat itu, saya sedang ada di warnet. Sedang juga menulis di blog. Dengan tidak hati - hatinya saya bilang aja "Gue, mau masuk jurusan komputer". Kenapa saya bilang begitu, karena dunia blog itu berada di jurusan komputer pikir saya waktu itu. 

Lagipula, saya tidak tau kalau ada jurusan ilmu komunikasi atau jurnalistik. Jadi saya pilih saja jurusan komputer. Memang niatnya saya juga ingin, mempunyai komputer dengan masuk jurusan komputer. Karena pada waktu itu, saya ingin sekali punya komputer di rumah. Ya minimal sebuah laptop lah. Padahal, saya juga tidak menyukai dunia matematika tetapi di jurusan komputer saya harus beradaptasi dengan matematika. Biarlah, sudah terlanjur. Seiring berjalan waktu saya kuliah dengan mengambil jurusan komputer, saya merasakan penat dengan ilmu - ilmu komputer, saya mengalihkan belajar ilmu jurnalistik lewat komunitas bau tanah yang mengajari tentang dunia jurnalistik.

Makin kesini, saya menyukai dunia kewartawanan dan merasa menyesal betapa bodohnya saya tidak mengambil jurusan yang berhubungan dengan dunia jurnalistik. Tapi ini sudah berlalu, maka dari itu bagaimana caranya agar jurusan saya dikaitkan dengan jurnalistik? maka saya, harus menjadi wartawan yang menulis tentang dunia digital. Tidak jauh - jauh amat kan, atau saya membuat portal yang berisi berita. Tentu tidak sia - sia juga saya belajar komputer dengan mengintegrasikan ilmu komputer dengan jurusan yang saya inginkan yaitu jurnalistik. 

Selama saya kuliah juga, saya menginjakan kaki saya ke organisasi ekternal HMI, saya juga butuh wadah untuk berdiskusi dan sosialisasi. Tapi sayangnya, di kampus saya tidak menyediakan wadah yang saya inginkan walaupun dengan adanya BEM {Badan Eksekutif Mahasiswa} tidak berpengaruh. Di organisasi HMI ini, saya mendapat struktural menjadi sekertaris umum , mengapa saya di pilih untuk sekertaris umum. Karena menurut teman saya, saya suka dunia tulis menulis jadinya saya di tempatkan ke struktur sekertaris umum. Tidak terlalu berperan saya di sekertaris umum. 

Ilustrasi/Kidsnesia.com
Pada bulan juli kemarin, saya akhirnya naik jenjang karir di HMI. Yang tadinya saya dipercaya untuk jadi sekertaris umum di wilayah kampus YAI. Di cabang HMI Jakarta Pusat, saya di percaya untuk menjadi bagian dari Bidang Informasi dan Komunikasi. Saya yang ingin ada disana. Mengapa saya memilih menjadi Infokom bukan bidang yang lain dan lebih seksi? Menurut hemat saya, Bidang infokom ini perpaduan dengan ilmu yang saya pelajari dikampus dan ilmu jurnalistik yang saya inginkan. Karena menyangkut dunia teknologi informasi dan ilmu komunikasi. 

Saya senang berada di bidang itu, ingin berkontribusi lebih untuk HMI khususnya untuk HMI cabang Jakarta Pusat. Ini masih di luar dunia profesional. Karena lewat organisasi HMI, saya ingin mengaplikasikan kedua ilmu yang saya pelajari itu. Semoga saja bisa berkontribusi lebih. Minat saya kalau sudah lepas almamater dari kampus, bukan menjadi yang diprospek oleh jurusan komputer, tapi saya yang ingin bekerja di industri kreatif. Tapi ini cuma rencana saja loh, bisa saja saya beralih ke pekerjaan lain. Tapi hidup kadang ini tidak terduga. Banyak juga, para lulusan strata satu yang bekerja beda dengan jurusan yang di ambil sebelumnya. 

Maka dari itu, Karena saya menyukai menjadi wartawan, maka setiap kali melamar kerja, saya prioritaskan untuk berkesempatan melamar di dunia industri kreatif. Walaupun cuma bermodalkan materi jurnalistik dari sekolah informal dan mengikuti lokakarya. Tapi saya terus perjuangkan itu, pada akhirnya saya tidak dipanggil juga. Hahaha. Sialan. Karena kerja keras itu harus dan diwajibkan dalam hidup ini, maka saya tetap kerja keras. Sampai pada akhirnya, saya diberi kesempatan untuk menjadi wartawan di media online baru. Ini masih tentatif. Tapi saya percaya, tuhan yang maha adil ini akan memberikan saya kesempatan untuk mencicipi dunia kewartawanan. Hehehe. 

Tentu ini menjadi hal yang selalu saya perbincangkan dalam diri saya. Tetapi, untuk bisa menjadi wartawan. Saya memang harus cepat lulus kuliah dulu kali yah. Biar semua jadi lebih mudah menentukan pekerjaan yang saya inginkan. Hahahaha. Saya sih, terus kerja keras aja. Karena usaha tidak ada batasnya broh, tinggal tuhan yang maha segalanya aja yang beri keputusan. Hehehe. Kita lihat saja nanti. 

Salam,
gilanggumgum.

Kesepian Di Saat Pasca Lebaran

Lebaran sudah berlalu sehari, nggak tau kenapa saya merasa kesepian di tinggal para teman yang lebih awal mudik. Suasana pasca lebaran memang membuat jakarta sangat sepi. Toh pas hari lebaran juga ada yang langsung mudik. Jadi semakin sepi jakarta ini. Tadi saja, saya pulang agak malam dan melihat jalanan sepi sekali. Bukan berlebihan tapi memang benar begitu adanya. Karena saya tidak pernah pulang kampung lagi, jadi saya merasakan sepinya jakarta dan kesepiannya saya yang ditinggal di jakarta

Ini memang agak berlebihan bagi saya, kalo ada kondisi begini, saya selalu komparasi dengan tahun - tahun pasca lebaran sebelumnya. Mereka yang H+1 ada yang pergi bertandang ke sanak saudaranya saya malah diam dirumah. Bukan saya nggak mau berkunjung, tapi rasa "Males" ini yang bikin saya acuh buat berkunjung walau dalam suasana lebaran. Tapi mau pergi kemanapun, sama siapa coba kalau partner hang'outnya nggak ada disini, ya percuma aja kan. 

Serba salah yah, teman inti saya pada mudik, kalo ada yang tanya. Kok nggak sama pacar? saya sih cuma bisa jawab, memang lagi belum ada. Jalanin aja walau sering dihantam kondisi yang senang dan sedih. Jadi, memang saya harus ada pacar yah, seperti tempo tahun sebelumnya. Ah nggak ngaruh juga, memang pada intinya, pasca lebaran ini saya jadi merasa kesepian, #lebay #banget #yah #gue. 

Kangen Mudik Disaat Momen Lebaran

Lebaran kali ini saya tidak pulang kampung, Memang seperti biasanya saya tidak pulang ke kampung untuk tahun - tahun belakangan ini. Mudik sudah menjadi kewajiban ketika dulu di keluarga saya, pergi ke tasikmalaya dengan bermodalkan embel - embel nama orang tua di lingkungan sana, menjadikan saya agak terkenal waktu itu. Saya selalu mengingat momen makan timun di kebun kakek saya. Saya sebenarnya rindu juga mudik ke kampung halaman orang tua saya. Tapi apa mau dikata, Ayah saya tidak sanggup untuk melakukan mudik karena masih sakit untuk saat ini. 

Lagipula saya tidak punya sanak saudara yang lebih di kampung dan hanya mengenal yang itu - itu saja. Bahkan saudara pun bisa dianggap tidak kenal sekalipun saking lamanya saya tidak silaturahim kesana. Mendingan tetap dijakarta menikmati wajah musiman jakarta dijalanan yang sepi pengendara. Itu rutininas tahunan ketika momen lebaran Seperti itu sih biasanya jakarta di puji saat lebaran bahkan banyak yang memberikan guyon demi solusi kemacetan. 

Tapi, tahun - tahun kedepan saya akan menginjak kampung halaman orang tua lagi. Sudah tidak sabar habisnya. Terakhir itu saya kesana selagi saya menginjak usia 13an lah. Lama sekali kan. Mumpung belum ada kesempatan, untuk lebaran di jakarta juga sudah cukup. Karena memang saya lahir di jakarta. Momen mudik hanya ikut- ikut orang tua saja. Jadi tidak mudik pun saya santai saja tapi rindu juga untuk melihat kampung halaman orang tua saya.