Budaya Indonesia Berangkat Ke Panggung Dunia


Jakarta. - Beberapa musisi indonesia merambah ke dunia drama sinema. Piyu,Anji dan Aqi Singgih ikut bermain dengan para komplotan legiun asing dalam drama “Hanoman,The Ultimate Warrior” di Tenis Indoor Senayan,Jakarta. [ 23/02/2013]. Para komplotan legiun asing itu beberapa diantaranya adalah Max Morgan,Laura Vall,Brian Justin Crumb,Syndey James dan Daniel Torres. Selain artis musisi lokal yang ikut bermain,artis lokal yang kemampuan aktingnya patut diperhitungkan seperti Volland Humonggio juga ikut terlibat dalam drama sinema yang di sponsori oleh MSP Entertainment,E-Motion Entertainment dan Djarum apresiasi budaya.

Pertunjukan yang dinauingi oleh Mirwan Suwarso ini diadakan dalam dua sesi,Yang pertama dari pukul 16.oo WIB dan yang kedua dari pukul 19.00 WIB. Dua sesi ini masing - masing berdurasi 90 menit dalam sekali pertunjukannya. Dalam peranan di drama “Hanoman,The Ultimate Warrior” Volland Humaggio dipercaya menjadi Hanoman,Aqi Singgih menjadi Prabu Maesasura,Anji sebagai Jatasura,Piyu sebagai Batara Chandra dan para artis broadway seperti Bryan Justin Crumb sebagai Batara Bayu,Sidney James sebagai Batara Indra, dan Daniel Torres sebagai Batara Guru serta Laura Vall sebagai Anjani, dan Max Morgan sebagai Batara Sury tidak mau kalah dengan para pemain lokal lainya.

Alunan musik yang digawangi Aksan Sjuman ini tampil sangat memukau dihadapan penonton yang sangat antusias. Dalam konferensi persnya Mirwan Suwarso mengatakan ” Saya tidak memilih warna kuning dari amerika atau indonesia,saya tak melihat perbedaan itu,yang saya pilih memang yang saya butuhkan ” Ujarnya ketika ditanya mengapa memilih pemain import. Garapan Mirwan Suwarso ini setelah tampil diindonesia akan tampil di Amerika Serikat diantaranya  Anaheim, Houston, Florida, Tampa, dan San Jose, yang kemudian dilanjutkan ke Benua Eropa.

 Sumber Foto : www.Republika.co.id


The Einstein,Fakta Ibu Kota EP ( CnB Record )


Membeli album mini mereka adalah suatu kewajiban bagi para penggiat musik setelah menyimak aksi mereka yang sedikit heroik,kasar dan berisik. The Einstein  hadir dengan formula yang tidak standar dengan berisikan empat musikus labil yang  menepuk elanitas para  pemuda dan pemudi dengan lintas genrenya yang berhasrat pada rock n’ roll,psikedelia,blues dan garage. Kuartet genre itu membalur di album The Einstein yang dinobatkan dengan judul “Fakta Ibu Kota”.  Keliaran anak – anak dari jakarta utara ini menerjemahkan kegelisahan dan ekskavasi  fenomena yang benar nyaris adanya di ibukota ini lewat lima gitanya. 
 
Secara vokalia,Album picisan yang berisikan lima buah gita itu berbicara dormansi fenomena kekinian tentunya untuk para scenester belia. Dari fenomena mengkultuskan sang idola sampai kehidupan hedonisme borjuis hipster dan kerancuan Bohemian Hipster ibukota yang semuanya diungkap di album “fakta ibukota” ini. Musik mereka tidak kalah cadas dan cerdas dengan musikus lokal lainnya seperti Speaker First,Teenage Death Star,70’s Orgasm Club Dsb. Walaupun lirik mereka masih indonesianis tapi Musik mereka masih dalam segmentasi musik yang mengarah dengan paduan barat Amerikanisasi dan Englanisasi. Tapi percayalah,Musik yang diusung oleh Ibrahim Salawi,Muhammad Amril Yoslem,Agung Prabowo dan Satrio Bagus Pitutut ini Jauh dari kepura-puraan dan musik mereka tidak sekedar musik sedatif belaka penawar sepi.

Di Track 1 album “Fakta Ibu Kota“ ini ada “sang idola” , lagu ini dimulai dengan hentakan musik brilian yang ditabuh oleh drummer berbakat Satrio Bagus Pitutut. Introduksi awal musiknya seakan membawa pikiran berfantasi ke alam liar. Gemuruh suara gitar yang sporadis dengan suara Ibrahim Salawi sang vokalis menjadi segar didengar. Gita yang segar & cetar!. Anda Wajib mendengar!.


Di Track 2 ada gita “Mimpi Sang Rock Star”. Ada sepercik Lirik yang berfantasi ingin menjadi rockstar papan atas dan ingin terkenal masuk televisi ini dibalut dengan musik yang sedikit noise dan sentuhan rangkaian nada yang agak krusial menjadikan lagu ini sangat catchy. Tidak terduga,tiba – tiba salah satu dari indra anda bisa teradiksi dan jinak seakan bergerak dinamis,ketika mendengar lagu yang berjudul “Mimpi Sang Rock star” ini. 

Di Track ke-3 Judul lagu yang diduplikasi dengan judul album ini seakan menjadi pokok utama dari beberapa vokalia yang ada di album mini mereka. Judul ke-3 ini “Fakta Ibu Kota”. Diawali dengan gitar yang membelit dan  bertenaga dipandu dengan tabuhan drum yang erotis. Secara sadar, lagu ini membuat kepala anda menjadi bergerak dinamis secara tidak teratur. Stereotipikal tentang ibukota tetap dandy sejauh ini oleh perspektif The Einstein. Tapi dalam lagu ini The Einstein masih mengedapankan ode yang sarkastis terhadap kehidupan yang ada di ibukota. 

Lanjut di Track ke-4,”Suara Mesin Jhony” menjadi pilihan tepat untuk mendeskripsikan kepingan muda dan mudi dengan kelakuan menyimpangnya lewat sepeda motor. Seakan ibukota menjadi ladang para duplikator dan imitator dari armada Hell Angels. Lagu ini menggambarkan  para pengemudi yang menancapkan gas tidak terkendali disemrawutnya kondisi ibukota. Lagu ini cocok buat yang merasa menjadi separator jalanan! Yeaah! Hobaaah!

Dilagu terakhir album mini ini berjudul sederhana “Pemuda Pemudi”. Manifesto lirik dilagu ini sangat menyindir sisi glamour,hedonis dan flamboyan dari para pemuda pemudi ibukota yang inginnya hanya bersenang – senang. Sudah jelas dengan liriknya,musiknya tidak usah dipertanyakan lagi. Anda akan menyesal jika lagu ini tidak sampai ke telinga anda.


Bagi anda yang telah membaca ini,anda divonis  wajib mendengar semua lagu dari album mini “Fakta Ibu Kota” ini dan buat anda yang merasa tulen anak mods, britpopers, shoegazers ,folk, post-punkers, new-wavers, whatnot, melodics, punks, hardcorian ,straight edge, noise kids dan post-rockers hukumnya sunah untuk mengoleksi album ini dan tidak ada salahnya untuk mencicipi karya termutakhir dari band yang dipayungi oleh Stand Alone Management ini. Jangan mendiskriminasi genre,Jika pikiran anda sedang tidak beroperasi dan anda adalah salah satu orang yang introver,sebaiknya dengar lagu The Einstein! Musiknya cadas, ,dijamin anda puas!

Tabik,
@giillanggumgum

Berilah Ruang Untuk Musisi Indie Wahai Label Major

Industri musik punya peranan besar kepada para musisi itu sendiri. Dalam dunia musik,musisi adalah ujung tombak dan label adalah promosi,penjualan dan pelindung hak cipta. Selain sebagai pelindung label juga yang mengakomodasi semua keperluan yang dibutuhkan artist yang di manage oleh label itu. Ketika saya bertanya terhadap salah satu orang yang berperan dalam memfilter sebuah demo lagu yang layak masuk label itu atau tidak di salah satu label domestik. Orang itu menjawab kalau lagu yang didemo sesuai dengan telinga,jadi kesimpulannya lagu yang bisa masuk di label itu dinilai secara subjektif dengan melihat kondisi pasar yang sudah tersebar dinusantara lewat media apapun.

Semua label memang ingin mempunyai hasil yang menguntungkan,jadi para pendengar musik tanah air yang menginginkan genre musik yang non mainstream hanya bisa bersandar kepada label indie yang punya artist musik dengan beragam genre. Ada beberapa label musik yang gugur dalam pergulatan diindustri musik. Selain label major,label indie juga merasakan degradasi hasil yang memuaskan ketika semuanya membutuhkan uang. Jadi,label yang mendukung musik non mainstream bagi pendengar musik tanah air tidak bisa melanjutkan misinya karena keuntungan yang didapat nihil dan berdampak bangkrutnya label tersebut. 

Masyarakat indonesia bisa bodoh kalau melulu disuguhi musik – musik tanah air yang berlirik tidak mendidik dan mengedepankan sisi semiotik lewat media elektronik. Pasar indonesia memang identik dengan musik pop – asal nama dari populer – tepatnya mendayu – dayu. Lagu itu harus berisi dan memotivasi bagi yang sedang sedih atau menjadi pengingat untuk yang sedang senang. Kondisi psikologis manusia indonesia itu cenderung tidak stabil. Jadi lagu menjadi penghibur ulung dikala sedang merenung. 

Label yang baik adalah memberi kesempatan bagi musisi yang berpotensi dan beredukasi. Masalahnya disini lagi lagi masalah keuntungan. Jadi kalau saja pemilik modal label ada yang menjadi pengusahawan dermawan serta sukses dan mendirikan sebuah label sebagai usaha sampingan lalu memberikan kesempatan bagi segala genre musik untuk diakomodir seperti halnya fenomena sekarang ini. Pasti dunia musik seperti masa orde lama yang dinaungi bermacam ideologi. Jadi,kita punya pilihan dan tidak dipaksa untuk memilih lewat propaganda media eletronik. 

Disetiap jaman ada musiknya dan disetiap musik ada jamannya,ini juga berpengaruh bagi setiap label yang melihat pasar. Hampir dalam beberapa satu abad ini segala genre musik bermunculan dan hampir menjadi tren di setiap zamannya. Tapi bagaimana label menyikapi ini. Penawaran genre musik lewat media eletronik hanya sedikit di tanah air. Semua ruang dibatasi untuk musisi kelas bulu. Semua band itu ingin terkenal dan meluaskan karyanya,tidak cukup lewat radio. Media elektronik televisi membatasi itu,hanya beberapa media eletronik televisi yang bersedia mewadahi musik – musik yang minoritas untuk diperlihatkan ke khalayak masyarakat indonesia. seperti yang pernah diungkapkan lewat lirik dari band Efek Rumah Kaca “Kami butuh yang lebih bergizi, bukan cuma yang malnutrisi” - Pasar Bisa Diciptakan, Cipta Bisa Dipasarkan. Sudah saatnya musisi indiependent bisa direkrut oleh label major.