Untuk Seorang Ayah Tercinta


Izinkan saya memberikan sebuah penghargaan khusus bagi Ayah saya. Tulisan ini wujud dari pengabdian seorang anak yang cinta terhadap Ayahnya.

Ayah saya bernama Abdul Hamid. Lahir di Tasikmalaya, 6 Juni 1950. Dia anak Ketiga dari kedua orang tuanya. Ayah saya hanya tamatan SMK Akutansi. Dia pernah bekerja lama di PT. Hasjrat Abadi selama puluhan tahun. Setelah Pensiun dia berwirausaha demi salah satu tugasnya menjadi Ayah yaitu mencari nafkah.

Semangat dan kegigihannya untuk mempertahankan keluarga udah cukup bagi saya, semua anak pasti membanggakan seorang ayah dalam hidupnya. Beruntung bagi saya bisa melihat kedua orang tua saya, terutama menjaga saya sampai dewasa kini. Dalam benak saya, ayah saya merupakan sahabat saya. Ada kalanya saya mencurahkan hati  kepada ayah saya. 

Mungkin sewaktu belia saya terlalu kurang ajar mungkin sampai sekarangpun begitu. Banyak kenangan ketika bersama dia, dari diajaknya kekantor setiap hari sabtu, shalat bareng di masjid istiqlal sampai hal - hal lainnya yang mungkin saya lupa ketika bersama dia. Saya banyak mengambil pelajaran dari ayah saya, saya cukup bersyukur punya keluarga yang sederhana ini. Mungkin saya banyak salah pada ayah. 

Saya sadar diri ketika beberapa tahun terakhir ini ayah saya sudah sering sakit - sakitan, dia walaupun sakit tapi tidak mau menunjukan kalau dia sedang sakit. Rasa pemimpin keluarganya tetap terasa walau sejak tahun 2011 dia terkena stroke ringan yang mengakibatkan ayah saya tidak bisa berjalan normal lagi. 

Saya sebenarnya agak kasihan ketika saya punya aktivitas tertentu tetapi ayah saya masih sigap dan bersemangat menjaga warung. Saya dipilih oleh dua pilihan, dan akhirnya ketika saya berikan beberapa pengertian. Saya bisa beraktivitas dengan sesekali membatu ayah saya ketika saya sedang dirumah.
Apa saya berdosa bila belum bisa membahagiakan atau memberi senyuman kepada ayah saya, rasa - rasanya saya ingin meminta maaf yang sedalam - dalamnya untuk perlakuan dan kebiasaan saya yang kadang membuat ayah sakit merasa tersakiti. Maaf ayah, gilang belum bisa membahagiakan ayah yang seutuhnya. 

Saya minta maaf. Saya akan tetap berusaha memberikan kebahagiaan kepada Ayah. Mungkin Allah swt membaca ini dan saya bisa diberikan kesempatan seluas- luasnya kesempatan untuk memberi bahagia pada Ayah. I Love You Ayah!!

Salam,
Gilang Gumgum
Di Kamar Tercinta, Pukul 4.02 Pagi. 
Jakarta.

Berdosakah Bila Manusia Sering Alih Profesi


Diawal Juli 2014, saya mendapat pekerjaan baru. Ini memang sebuah momentum yang sangat mengesankan. Terlebih saya bekerja di industry fashion. Itu sangat jauh dari harapan, tapi ini sebuah tantangan yang membuat saya menjadi bergairah. Agak sebuah riskan juga menyebut kata “bergairah”. Nyatanya saya agak sedikit bergairah, karena ketidaktahuan saya tentang dunia fashion membuat saya menjadi nol. 

Saya bertemu dengan teman – teman yang sangat membantu saya untuk menuju pengetahuan tentang dunia fashion. Kami dipertemukan di divisi female. Ya itu divisi baru dari perusahaan kami. Famela, Fajar, Ade. Mereka bertiga adalah orang – orang satu divisi dengan saya. Famela dan Ade adalah Fashion Designer. Saya dan Fajar adalah tim Marketing. 

Saya sebelumnya belum pernah jadi marketing untuk urusan Fashion. Tapi saya berusaha dengan pengetahuan terbaik yang saya miliki. Tapi dua bulan berjalan menjadi Marketing. Saya dibuat bingung dengan semuanya. Karena perusahaan itu ingin menciptakan bisnis baru. Nama brandnya dengan segala keperluannya belum ada. Ya saya benar – benar tidak bisa berbuat banyak. Ironisnya, Ade, Famela, Fajar adalah orang yang sangat berpengalaman. Lebih senior dalam hal – hal mencari nafkah daripada saya. Tapi saya hanya anak bawang yang sedang ikut dalam sebuah permainan. 

Sayangnya, Fajar sudah hengkang dan tidak mau bergabung di perusahaan ini. Saya menjadi pincang, saya butuh orang yang berpengalaman. Tapi saya menjadi orang satu – satunya untuk melakukan hal yang besar dan itu belum pernah saya lakukan sebelumnya. Dan ini adalah sebuah eksperimen yang begitu ekstrim. 

Karena, dalam beberapa bulan. Perusahaan ini akan mengadakan peluncuran produk dengan konsep Fashion Show. Shiiiit!!! Saya bisa apa, saya belum pernah kerjain yang beginian. Bahkan Famela sebagai orang yang paling senior pernah berujar. 

“Kalau gue yang punya perusahaan, gue gak bakal hire elu dan ade, karena kalau gue mau bikin perusahaan dengan produk fashion yang besar, gue harus rekrut orang – orang yang berpengalaman” Ujar Famela. 

Saya agak dibuat terhenyak sebentar mendengar kata – kata itu, dan saya juga berpikir mengapa saya dipilih untuk melakukan hal – hal yang seharusnya dilakukan oleh orang – orang yang sudah berpengalaman. Tapi saya percaya, kalau sebenarnya saya sudah cocok dalam hal ini namun tuhan menguji saya agar saya mendapat pengalaman yang mengesankan dan mempunyai pengalaman yang setara dengan orang – orang yang berpengalaman itu. Saya juga akan menjadi bagian dari itu. 

Setelah mendapat pekerjaan ini, saya dibuat terbuka oleh beragam eksotisnya dunia fashion. Bahkan, saya sampai menonton film – film yang bersentuhan dengan fashion. Sebenarnya, kalau masalah dunia fashion cowok saya agak sedikit tahu. Masalahnya, ini dunia fashion wanita, bisnis fashion wanita. Inilah yang menjadi ada sesuatu yang membuat saya berpikir ulang. Tapi, saya akan kembali ke misi saya sebagai seorang pemasar jitu.

Foto Diambil pada saat hari terakhir bekerja di www.mosartwo.com pada Siang (9/12/14).

Belum lama sudah berharap, saya sudah mendapatkan hal yang biasa terjadi dalam dunia pekerjaan. Saya resign di Mosarstwo. Saya tidak terlalu menyesal ketika pergi dari profesi saya, saya cuma benci perpisahan terhadap teman - teman saya. Apalagi, Ade teman saya itu sudah keluar lebih dulu, dan muncul orang baru yang bernama Vivi. Jadi, kita bertiga ( Famela, Vivi dan Saya) adalah orang - orang yang terakhir dalam merumuskan bagaimana Mosarstwo ini tetap berjalan. Pada suatu ketika, ada masalah internal. Saya resign dari sana. Tinggal mereka berdua. Foto diatas adalah momen terakhir saya, Famela dan Vivi. 

                                                                              *****

Alih Profesi dalam Waktu Dekat

Pada pertengan bulan desember 2014. Saya keluar dari Mosarstwo. Saya cerita kepada teman - teman kampus saya. Pada suatu hari, teman saya yang namanya Tyas sedang liputan. Dia bekerja sebagai wartawati di sebuah majalah Geoenergi. Sebelumnya dia bermukim di media Asatunews.com. Tyas ini saya chat via bbm. Saya memakai kata kata bersayap, yang pada intinya saya ingin bekerja seprofesi dengan dia. Dia menanggapi dengan baik, sebelumnya saya juga pernah meminta ketika dia berada di asatunews.com tapi saya gagal masuk.

Dengan berjalannya waktu, tetiba dia mengirimkan pesan berantai ke setiap kontak bbm. Isinya adalah grup media yang dia kerja sedang butuh banyak wartawan dan pekerjaan laiinya. Saya bilang saya tertarik sebagai wartawan. Padahal ada profesi yang sama dengan saya ketika di Mosarstwo pada waktu itu. Tapi saya ingin sebagai wartawan. Mau coba lebih profesional soalnya untuk perbanyak portfolio tulisan. 

Setelah diskusi banyak dengan Tyas, teman kampus saya Fazin juga melamar disana, sebelumnya dia juga bersama Tyas di asatunews.com. Saya pikir, saya alih profesi menjadi wartawan tidak ada salahnya. Saya akhirnya datang ke kantor Geoenergi, ternyata bukan hanya Geonergi saja, ada Jurnal Maritim, Tambang dan CSR. Mereka sedang butuh banyak jurnalis. Akhirnya saya berkesempatan menghadap ke HRD sana.

Mungkin ada yang salah ya, ketika itu HRDnya kaget melihat saya mengambil jurusan komputer kok malah alih profesi ke Jurnalis.

"Gilang, kalau mau jadi IT ya IT saja, jangan ke Jurnalis. Kamu yakin melamar sebagai Jurnalis? Kalau pisau itu diasah mulu ya pasti tajem, perusahaan semua butuh yang bisa kerja seperti Pakar" Begitu kira - kira Kata HRDnya

"Iya pak, saya sudah menulis sejak 2009, karya saya lumayan ada puluhan, yang penting hari hari saya produktif" Ujar saya menanggapi komentar HRD

Itulah kiranya percapakan pendek saya dengan HRD di Media Grup PT. Multimedia Internetindo. Saya pikir mengapa orang - orang yang beralih profesi atau tidak sesuai pada jurusan yang diemban saat kuliah menjadi suatu fenomena. Pertanyaan saya ketika ditanggapi oleh HRD itu. "Apakah itu berdosa?". Saya pikir itu cuma arus zigzag yang intinya kita punya tujuan yg sama yaitu untuk Bahagia. 

Tapi setelah berhadapan dengan HRD itu, saya akhirnya diterima menjadi Jurnalis di Majalah CSR dengan berbagai pertimbangan. Saya mulai Profesi yang sebelumnya pernah saya idamkan. Terima kasih Tyas, Terima kasih saya haturkan pada semua teman - teman saya yang ikut membantu perkembangan saya.


Terinspirasi Rangga dan Cinta




 

Wah, akhirnya saya bisa kembali menulis lagi. Setelah vakum beberapa bulan. Menulis itu asik kalau kata teman saya.  Setelah penulis kondang pujaan saya kembali aktif menulis saya juga ikut ingin menulis juga. Bukannya apa - apa atau sebagai pengikut. Tapi kegiatan menulis saya jadi terbatas karena sekarang sudah bekerja disalah satu industri fashion. 

Saya mau cerita sedikit tentang sesuatu. Sebenarnya banyak sih yang mau ditulis, karena banyak banget hal - hal yang seharusnya bisa ditulis selama saya beraktivitas, tapi karena malas juga dan pikiran tak berdaya makanya sirna sudah apa yang saya liat bisa tertuang di blog ini. Hehehe. 

Ini tentang cinta. Aduh saya tak berharap mendapat apresiasi besar dari pembaca dalam tulisan ini. Kalian sudah menonton Film Ada apa dengan cinta versi mini drama? Kalau sudah baguslah. Ceritanya Rangga dan Cinta dipertemukan kembali lewat Aplikasi Chat Line lewat find alumni. Rangga mencari Cinta lewat aplikasi itu dan akhirnya mereka bertemu. Hingga film ini ramai sekali diperbincangkan. Karena menurut saya, film ini memang menjadi legenda. 

Pokoknya inspirasi saya begitu, karena ini merupakan iklan dari Line, saya juga ingin mengunduh Line. Ya mau tau aja sebenarnya, keuntungan dari aplikasi Line Find Alumni. Setelah saya unduh dan obrak abrik aplikasi itu, saya temukan alumni waktu saya sekolah dulu. Memang ajaib ya, padahal udah ada Facebook, Twitter dll. Tapi ketika saya melihat teman saya di Line ini. Rasanya beda. 

Mungkin karena aplikasi ini di iklankan oleh Rangga dan Cinta, saya melihat teman saya ini berbeda dan saya akhirnya jatuh cinta. Cewek itu berbeda sekali, sekarang jauh lebih muslimah. Saya menulis ini pun dengan perasaan deg-degan, saya sedang berkomunikasi dengan dia, semoga harapan saya bisa terpenuhi menjadi kerjasama asmara dengan dia. Amin. 
 

Aku dan Jokowi

Selamat buat Presiden dan Wakil Presiden Baru Indonesia Pak Jokowi dan Jusuf Kalla untuk bertanggung jawab menata Indonesia. 

Pemilu 2014 kali ini sudah menetapkan secara sahih, kalau Jokowi dan JK adalah pemenang dari pesta demokrasi lima tahunan ini. Ya, saya cukup terkejut dan bahkan tidak menyangka kalau Jokowi bisa jadi presiden. 

Terkait Jokowi ini sudah jadi presiden, saya ingin bercerita sedikit tentang perkenalan saya dengan dia. Bukan kenal secara formal namun hanya mengenal sosok dia. 

                                          
sumber/metalinsider.net
 
Tahun 2011, saya selalu beli majalah kesukaan saya, yaitu majalah rollingstone, walau tidak berlangganan namun setiap bulan selalu memberi kesempatan mata saya untuk melihat informasi tentang dunia hiburan di majalah rollingstone. Sampai jatuh pada edisi bulan maret 2011, munculah sebuah foto yang berada ditengah - tengah majalah sosok lelaki separuh baya dengan memakai baju metal yang dibalut dengan jaket putih pada edisi saat itu. Saya membaca itu dan memang isinya cukup mengejutkan sekali. Cek aja di Edisi 2011

Saya bingung, kenapa ada pejabat masuk majalah yang bermukim di industri musik ini. Setelah saya baca, Jokowi ini memang fans dari beberapa band metal seperti Lamb of God, Metallica, Napalm Death dll. Pernah seketika mendengar jawaban dari Jokowi tentang kenapa dirinya menyukai musik metal. Kata dia "Musik metal itu membuat semangat" Walaupun saya tidak begitu suka dengan genre ini tapi saya mengapresiasi karena cuma dia satu-satunya pejabat publik yang unik. 

Bagi saya, Jokowi adalah masa depan Indonesia. Rekam jejaknya banyak disertai prestasi namun juga ada yang bilang itu cuma konspirasi, kepemimpinannya saya sukai walau mengkhianati janjinya sendiri ketika jadi gubernur. Manajemen citra yang begitu sistematis membuat dia lebih dikenal di seantero nusantara. Tapi biar bagaimanapun, dia adalah harapan masa depan Indonesia ketika menjadi Presiden yang ketujuh. 

Pernah suatu ketika, saya sedang demonstrasi pada penghujung 2011an terkait untuk menurunkan SBY - Boediono dengan teman - teman mahasiswa lainnya, saya juga sempat memberikan pernyataan turunkan SBY-Boediono di twitter. Ketika itu twit saya disambut oleh teman saya. 

"Turunkan SBY-Boediono Sekarang Juga!" Tulis saya di twitter.
"Terus, kalo SBY turun siapa penggantinya?" Tanya Teman
"Jokowi!" Balas saya dengan penuh keyakinan.

Dan ternyata, apa yang saya tulis, 2014 ini Jokowi jadi presiden, saya tidak menyangka lelaki lulusan fakultas kehutanan ini jadi Presiden yang mengurusi puluhan juta warga dari sabang sampai merauke. 

                                                                 *****
Governor's Rock!
Pada 2012 lalu, saya dengan tegas memilih dia. Bukan karena dia sudah mencitrakan dengan mobil esemkanya. Tapi karena dia merepresentasikan anak muda dan peduli terhadap gerak gerik anak muda apalagi di bidang industri kreatif. Saya ingin perubahan, saya juga penasaran sampai Solo begitu kehilangan ketika Jokowi menjadi kandidat disini. Itulah, mengapa saya dengan tegas memilih Jokowi. Lagipula, Fauzi Bowo masih belum membuat saya tertarik untuk mencoblos lagi. Jokowi memang wajah baru yang dengan janjinya ingin membuat Jakarta baru. Ya memang sudah ada beberapa yang sudah dibenahi, paling jelas menurut saya dengan terciptanya transportasi massal yang sudah lama ditunda. 

Dia menjadi gubernur, juga tak luput untuk nonton konser band internasional, serta menjadi pusat perhatian ketika mengapresiasi band internasionalnya dengan menyanyi bersama diatas panggung. Ini membuat kalangan anak muda-mudi bangga karena seorang pejabat publik menonton hal yang biasanya dihiraukan oleh orang - orang pejabat lainnya. Tapi jokowi sangat beda, dia benar-benar merepresentasikan anak muda untuk duduk menjadi gubernur dijakarta. 

Menjadi Presiden
Belum juga masa baktinya habis, dia sudah mencicipi kandidat presiden. Luka, haru, caci, maki, fitnah, dan lainnnya ikut menyelimuti dinamika 2014 ini. Jujur, saya tidak suka dengan cara Jokowi ini. Tapi saya memaklumi bukan di Jokowi, tapi faktor PDI-P yang haus dengan kekuasaan sampai mengorbankan Jokowi untuk jadi presiden. Untuk tataran presiden, saya masih ingin lihat kemampuan Jokowi. Saya dengan lugas bukan memilih Jokowi, saya memilih Prabowo dengan berbagai pertimbangan. 

Hingga diujung penentuan, ternyata Jokowi yang diberikan kesempatan untuk mengelola Indonesia, saya tidak kecewa, bahkan saya dengan sangat penasaran, ingin tahu, terobosan apa yang akan disajikan ke masyarakat indonesia. Saya yakin, pasti ada kejutan yang tidak biasanya ketika dia menjadi Presiden. Sekali lagi, Selamat Pak Jokowi! Tolong jaga negara ini agar menjadi negara yang disegani negara laiinya dan juga menjadi negara panutan oleh negara - negara lainnya. Salam tiga jari. 

Pendidikan, Indonesia dan Kesejahteraan; Masih Mungkin


Tulisan ini ingin menanggapi tulisan dari saudara Khoirul Khuluq  tentang dunia kerja yang dialami oleh para pelajar dan mahasiswa di Indonesia. Gue sih sangat sepakat kalau didalam tulisannya dia menulis. "Kalau kita bener-bener mau mengurangi pengangguran, harusnya pendidikan dan pelatihan yang tersedia harus sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Pendidikan kita pada tingkat SMK dan PT harus sudah pakai kurikulum yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan dari perusahaan, Berapa banyak investor asing yang mengeluhkan produk dari universitas kita yang tidak siap kerja. Lulus dari universitas hanya siap untuk dikerjain (belajar dari nol) dan komunikasi dalam bahasa inggrispun sering menjadi kendala

Gue sangat setuju dengan opini dia, memang pada saat ini banyak perusahaan yang ingin mendapatkan hasil dari produk institusi pendidikan yang sudah siap bekerja. Tidak mau lagi menerima mahasiswa yang tidak tau apa-apa dan diajarkan (lagi) di perusahaan. Sebenarnya gue perhatikan dimana ada lowongan pekerjaan. Disana banyak tertulis permintaan skills yang tidak diajarkan disekolah/kampus. Dan itu harus ada pendidikan eksternal lagi, sialnya memang harus memakan biaya yang sangat banyak. 

Seharusnya, pemerintah harus menyiapkan pelatihan yang sesuai dengan permintaan perusahaan jadinya sinergitas antara mahasiswa dengan perusahaan sudah punya investasi lebih awal di bidang sumber daya manusia. Memang ini agak lucu, karena ini hanya ide mas khoirul. Tapi gue setuju dengan ide dia tentang perubahan kurikulum yang sudah tidak sinkron dengan model jaman sekarang. 

Dan, gue juga  tahu kalau beberapa profesi harus butuh pelatihan lagi untuk calon pekerjanya. Maksud gue, kampus itu jadi wahana yang semuanya sudah lengkap. Benar- benar yang diproduksi dari sana sudah siap secara apa saja. Memang kendalanya hanya ada beberapa kampus saja yang begitu, ini memakan korban bagi mahasiswa yang tidak sama koridor almamaternya. Ini ada diskriminasi hak asasi manusia nih sebetulnya. 

Kalau begini saya berpikir, kenapa harus ada perubahan nama pada setiap kampus. Kenapa tidak membuat saja Universitas Indonesia (UI) Surabaya, Malang dsb. Atau berganti nama asal tidak ada kampus swasta mungkin manusia yang ingin belajar tapi tidak bisa masuk kampus negeri ada kesempatan untuk mengelola prestasinya dan dipaksa untuk cerdas serta kecerdasannya diusahakan sama dengan yang lain. 

Ini menurut saya, sumber daya manusia indonesia yang diproduksi kampus akan lebih baik. Seharusnya juga, wajib 9 tahun yang dicanang pemerintah harus diubah wajib sampai D3 atau S1. Kalau bisa gratis sampai jenjang itu ini merupakan hadiah terbesar masyarakat indonesia. Memang untuk mencapai kesejahteraan itu mustahil minimal ada tumbal. Tapi selama nama "kesejahteraan" itu masih ada, itu masih bisa layak dikejar dan indonesia bisa menggapi negara G-8 bukan negara g-20 (negara berkembang) terus.

Pidi Baiq. Pemberontak Sekaligus Penghibur.





Pidi baiq, nama yang tidak dikenal banyak orang dan hanya dikenal oleh sebagian banyak orang. Pidi baiq, sang separator ulung, penentang hal – hal yang lazim dan manusia paling indie yang pernah gue temukan. Menelusuri rute pemikirannya, kita akan dibuat bingung. Dia tak mau difitnah menjadi pelawak, tapi didalam keseriusannya berkata pasti terselip cita rasa humor yang dia sendiri tak mau dibilang pelawak. Kata dia, mungkin harus ada kata yang pas untuk menamakan pidi baiq orang yang seperti apa. 


Dia adalah musisi, penulis, pelukis, komikus, seniman, dekan, lirikus dan sang imam besar the panas dalam. Sebuah kelompok music yang didirikan di negara the panas dalam. Dia pernah membuat sebuah negara ketika dididik di perguruan kenamaan di bandung. Ya namanya juga sang pemberontak amatir, dia selalu menjadi penentang. Bahkan, dia punya negara sendiri demi tak adanya waktu luang yang tak digunakan untuk apa – apa. Makanya, disaat waktu luangnya kosong, dia sampai sibuk menghimpun warganya di negara the panas dalam di penghujung 90an. 


Gue suka Pidi Baiq, secara sudut pandangnya tentang kehidupan yang aneh, tapi dikata yang diucap selalu ada makna ganda untuk membuat orang selalu berpikir dengan apa yang diucap. Dia pernah berkata, kalau Google menjawab semuanya dan pidi baiq menjawab semaunya. Benar – benar seniman wahid. Hahaha. Sebenarnya, gue denger lagu the panas dalam dari era SMP, tapi beberapa tahun belakangan ini, gue telusuri dialah sang nakhoda the panas dalam. Dari sebuah negara sampai menjadi kelompok musik.



Pidi Baiq, juga selalu menjadi pembanding karya orang lain, ketika Lia Aminudin buat buku “Kingdom Oh Heaven”, Pidi Baiq, membuat buku tandingan “Kingdom of Have Fun”. Hahaha. Sebenarnya ada beberapa buku tandingan, tapi gue males nulisnya. Biar situ yang cari aja sendiri. Dia adalah the panas dalam, dan the panas dalam adalah dia. Liat aja, masa namanya vokalis jarang manggung, bahkan dia melakukan pembenaran kalau dia Cuma vokalis didalam album. Bukan vokalis panggung, agak gimana gitu ya, Kalau di label major, orang ini tak bakal dipakai, karena dari segi bisnis, orang ini tak menguntungkan, kalau dia merasa dia adalah sang imam, tapi kalau manggung tak mau, ya bakal tak bisa bertahan itu the panas dalam. Soalnya, aksi manggung dapet pendapatan paling puncak di major label (kebetulan gue pernah magang di major label)


Pidi baiq, adalah sang penghibur orang – orang tertentu. Bagi dia yang merasa terhibur olehnya, pantas mendaulat pidi baiq merupakan sang penghibur. Dia juga berpandangan, kalau sisi seni dinilai dari rating, itu bukan seniman melainkan buruh seni. Dia juga, Cuma mengajak orang – orang mentertawakan sesuatu lewat lagunya, bukan membuat pernyataan yang lawak. Tapi Cuma, mengajakan orang – orang yang mendengarkan lagunya mentertawakan sesuatu dan kalaupun tertawa, alhamdulilah. 


Ya begitulah pidi baiq, tetap menjadi manusia yang selalu tak ingin tampil di tivi, karena kata dia, lebih baik masuk surga daripada masuk tivi. Hahaha. Dia juga mengakui, kalau dia adalah seseorang yang dengan serius tapi bisa menyebabkan orang tertawa. Jika bicara tentang Indonesia, pidi baiq menyebutnya kalau negara ini selalu ingin sama seperti apa yang negara luar lakukan. Tak berani “menentang”, terus aja terbawa – bawa oleh luar negeri. 


Pidi Baiq mengakui dengan lakonnya sebagai warga negara dunia, bukan warga negara Indonesia. baginya, dimanapun dia berada, disanalah negaraku, dimana dia bisa senang, maka disanalah negara negara dia. Dia ingin cintanya ini, menembus batas territorial. Sebenarnya, secara pemikiran, Pidi baiq ini benar- benar pluralis. 

Bisa meneruskan, Gusdur dan Caknur, bedanya pidi baiq bukan dilahirkan di Jombang, yang kebetulan, Gusdur dan Caknur berasal dari sana. Situ mesti mencari tahu lebih dalam tentang Pidi Baiq, karena bakal gue garansi, setiap kata yang diucap Pidi Baiq dari berbagai kategori, pasti menghibur. Dan insya Allah, anda akan terhibur oleh kata – kata yang diucap oleh Imam Besar the panas dalam ini. Hahaha.

Sebuah Pub Oldskoll Yang Tidak Akan di Tinggal Penggemarnya.


 
Tempat musik itu perlu dalam mengekspresikan apapun, apalagi untuk mengetahui seberapa jauh sebuah band sukses dalam menghimpun penggemar. Di Jakarta, seperti Bb's cafe, dejavu, Rossi Musik, The Jaya Pub adalah salah empat wahana bermusik untuk musisi musisi kenamaan di ibukota. Dari nama - nama yang disebutkan itu, gue paling kagum sama tata ruang jaya pub. Terletak di Gedung Jaya, Thamrin, Jakarta, Jaya Pub adalah sebuah Pub dan Bar legendaris bergaya Amerika dengan ambiance musik yang luar biasa yang berdiri sejak tahun 1975. Berkunjung kesini seperti berkunjung kesebuah Pub khas Amerika dengan sajian musik dan desain interiornya yang berkonsep oldskoll rock ‘n roll.

 Sebenarnya perkenalan gue sama jaya pub ini belum berlangsung lama, baru berlangsung dua tahun silam. Ini juga akibat dari terselenggara acaranya Indra Amengs dan Keke Tumbuan yang mereka namakan ''Superbad!" dan  "The secrets Agents" adalah indra amens dan keke tumbuan sang penyaji band - band yang dari antah berantah hingga kenamaan. Acara bulanan ini sudah berlangsung dari tahun 2008. Tapi gue baru berkunjung ke jaya pub itu baru tahun kemarin. Ketika Indra Amengs dan Keke Tumbuan memanggil band The Kucruts dll. Disanalah awal gue masuk jaya pub. Vintage dan rock n roll! Kata ini sudah mewakili semuanya di jaya pub. 

Setelah gue sadar jaya pub ini lebih keren dari stadium, crown dan tempat dunia malam lainnya. Hahaha, Ini menurut gue yang lebih dunia malam gaya 1970'an. Gue sudah bertandang kesana tiga kali. Semuanya karena acara Superbad! Tempat ini akhirnya gue daulat sebagai tempat favorit gue. 
 


Tapi sayang, romantisme gue sama jaya pub tidak berlangsung lama. Pada beberapa minggu lalu, di Superbad! Volume.58 adalah persembahan terakhir jaya pub buat semua peenggemarnya. Jaya pub pindah dari situ dan bergeser beberapa meter aja. Takutnya, tata ruang yang dimiliki jaya pub, berbeda dengan sebelumnya. Tapi, tidak bakal sama persis nantinya menurut gue. Minimal, ada yang tertinggal dan hilang ketika nanti berkunjung ke new jaya pub. 

Pub ini tidak akan ditinggal para penggemarnya, karena cuma pub ini yang masih meninggalkan jejak medio 1970an. Musiknya pun beragam yang tersedia disana dari blues, jazz, rock dan masih banyak lagi. Tapi biasanya yang tampil disini dari lokal indie. Kalau melihat jaya pub ini, mengingatkat gue sama cafe CBGB yang berada di amrik sana. Dia sudah mempromosikan banyak band termasuk The Police, Ramones, Talking Heads, RHCP dan masih banyak lagi hingga ribuan. Ironisnya, jaya pub tidak melahirkan band mainstream yang dipelihara major label.