Untuk Seorang Ayah Tercinta

Selasa, Desember 30, 2014


Izinkan saya memberikan sebuah penghargaan khusus bagi Ayah saya. Tulisan ini wujud dari pengabdian seorang anak yang cinta terhadap Ayahnya.

Ayah saya bernama Abdul Hamid. Lahir di Tasikmalaya, 6 Juni 1950. Dia anak Ketiga dari kedua orang tuanya. Ayah saya hanya tamatan SMK Akutansi. Dia pernah bekerja lama di PT. Hasjrat Abadi selama puluhan tahun. Setelah Pensiun dia berwirausaha demi salah satu tugasnya menjadi Ayah yaitu mencari nafkah.

Semangat dan kegigihannya untuk mempertahankan keluarga udah cukup bagi saya, semua anak pasti membanggakan seorang ayah dalam hidupnya. Beruntung bagi saya bisa melihat kedua orang tua saya, terutama menjaga saya sampai dewasa kini. Dalam benak saya, ayah saya merupakan sahabat saya. Ada kalanya saya mencurahkan hati  kepada ayah saya. 

Mungkin sewaktu belia saya terlalu kurang ajar mungkin sampai sekarangpun begitu. Banyak kenangan ketika bersama dia, dari diajaknya kekantor setiap hari sabtu, shalat bareng di masjid istiqlal sampai hal - hal lainnya yang mungkin saya lupa ketika bersama dia. Saya banyak mengambil pelajaran dari ayah saya, saya cukup bersyukur punya keluarga yang sederhana ini. Mungkin saya banyak salah pada ayah. 

Saya sadar diri ketika beberapa tahun terakhir ini ayah saya sudah sering sakit - sakitan, dia walaupun sakit tapi tidak mau menunjukan kalau dia sedang sakit. Rasa pemimpin keluarganya tetap terasa walau sejak tahun 2011 dia terkena stroke ringan yang mengakibatkan ayah saya tidak bisa berjalan normal lagi. 

Saya sebenarnya agak kasihan ketika saya punya aktivitas tertentu tetapi ayah saya masih sigap dan bersemangat menjaga warung. Saya dipilih oleh dua pilihan, dan akhirnya ketika saya berikan beberapa pengertian. Saya bisa beraktivitas dengan sesekali membatu ayah saya ketika saya sedang dirumah.
Apa saya berdosa bila belum bisa membahagiakan atau memberi senyuman kepada ayah saya, rasa - rasanya saya ingin meminta maaf yang sedalam - dalamnya untuk perlakuan dan kebiasaan saya yang kadang membuat ayah sakit merasa tersakiti. Maaf ayah, gilang belum bisa membahagiakan ayah yang seutuhnya. 

Saya minta maaf. Saya akan tetap berusaha memberikan kebahagiaan kepada Ayah. Mungkin Allah swt membaca ini dan saya bisa diberikan kesempatan seluas- luasnya kesempatan untuk memberi bahagia pada Ayah. I Love You Ayah!!

Salam,
Gilang Gumgum
Di Kamar Tercinta, Pukul 4.02 Pagi. 
Jakarta.

Terima Kasih Sudah Membaca

0 comments