Saat itu, saya masih
bekerja di industry mode. Sedang mengerjakan perencanaan social media. Tiba –
tiba suara Blackberry Massanger terus
bunyi. Seakan – akan memanggil saya untuk berpindah alih. Akhirnya saya melihat
ponsel saya yang berada di laci, setelah dilihat, ternyata teman saya menulis
pesan. “Lang, gue tunggu di 711 Saharjo,
kita mau ketemu senior, jam 7 harus sampai sini” Tulisnya.
Pikir saya, dia
ganggu saja. Padahal jarak dari cengkareng ke tebet itu kan lumayan. Apalagi
jam pulang kerja. Saya tahu kondisi disana semenjak ada perbaikan jalan, jadi tambah macet. Dengan didasari perasaan penasaran. Sepulang dari sana, saya
langsung meluncur ke arah saharjo. Dijalan, saya berpikir harus lewat mana biar
bisa cepat dan tidak macet. Untungnya, gaya mengemudi saya tidak
kebarat-baratan jadi agak pelan tapi pasti. Saya melewati tanah abang lalu
berusaha melewati Casablanca untuk sampai tebet.
Kamu tahu, jalan layang
yang baru saja dibangun tinggi itu di depan mall
ambassador. Itu kan dari karet sampai Casablanca. Sebenarnya, dibawahnya
ada lagi flyover tetapi jaraknya singkat. Dulu, semasa sekolah sering bulak
balik lewat flyover itu dari slipi ke
tebet. Tetapi ketika saya ingin lewat jalan layang yang pendek itu, saya kira
jalan layang itu dibongkar. Jadi sisa yang jalan layang baru. Sayapun dengan tidak ragu meluncur ke arah jalan layang yang baru itu.
Jalan layang Casablanca/merdeka.com |
Awalnya sih tidak
curiga apa – apa pas naik kesana, tiba – tiba saya bertanya dalam hati “Kok sepi banget ya, kok gak ada motor sih”
saya cemas sekali, mana ini flyovernya tinggi, ngeri juga sewaktu melihat kanan
kiri. Hati saya dag dig dug, saya sudah tahu melanggar ini ketika sudah
melewati mall ambassador. Saya sudah mempersiapkan jawaban, jikalau saya
ditilang polisi. Bilang aja saya tidak tahu, memang saya tidak tahu.
Beberapa pengguna mobil melihat saya dengan mata bingung. Karena agak macet sedikit, jadi harus pelan. Saya
juga dibuat takut, karena panjang sekali flyovernya. Untungnya, pas turun saya
tidak apa- apa. Untungnya juga, diujung flyover tidak ada polisi. Saya baru
tahu, kalau disana itu tidak boleh dilewati pengendara motor. Setelah saya cari
di internet. Ternyata kata Korlantas (kepala korps lalu lintas) bahwa kondisi angin
yang sangat kencang sehingga bisa mempengaruhi keseimbangan pengendara motor,
hal itu yang mendasari Pak Pudji hartanto melarang para pengendara motor untuk lewat flyover itu.
Setelah perasaan dag
dig dug saya lepas, saya benar – benar lega, itu merupakan kondisi yang super
sialan. Bikin otak sama hati saya buruk. Pas saya cerita ke teman saya setelah
sampai di saharjo, dia lumayan gembira. Akhirnya saya sampai kesana sesuai
dengan apa yang teman saya tulis. Harus dag dig dug dulu kalau mau lewat
jalan yang tidak macet. Hari itu, saya hanya beruntung saja. Hahaha.
- Kamis, Januari 29, 2015
- 0 Komentar