Berkendara Dengan Musik

Tujuan saya menulis disini bukan ingin memberi tahu spesifikasi kendaraan bermotor dan apapun yang berkaitan teknis dengan kendaraan bermotor. Tapi saya ingin mengurai pengalaman saya ketika berkendara naik sepeda motor sambil mendengarkan lagu melalui telepon seluler atau ipod dll. Saya juga sering melihat atau mendengar kalau berkendara sambil mendengarkan musik itu sangatlah berbahaya tapi bagi saya adalah anugrah,bukannya saya mengabaikan itu semua tapi dengan mendengarkan lagu itu,saya bisa mengantisipasi kepenatan di jalan dikala macet ataupun di saat menunggu di lampu merah. Pernah suatu ketika di lampu merah saya lihat ada seseorang mendengarkan musik dengan menggunakan speaker aktif di motornya,otomatis para pengendara di kanan dan kiri mengalihkan perhatiannya ke dia. Itu usaha yang cukup mutakhir ,untuk membuat para pengendara tidak jenuh. Hampir di segala penjuru ibukota anak muda selalu ditemani musik saat mengendarai sepeda motornya sendiri. Walaupun resikonya tinggi tapi tidak mengurangai niatnya untuk mendengarkan musik. 

Saya sering dimarahi ketika orang tua saya tau kalau berkendara sambil mendengarkan lagu,tapi saya selalu membangkangnya. Karena kesenangan itu yang buat itu kita sendiri,orang lain hanya sebagai proses perantara kebahagiaan itu sendiri. Makanya saya selalu menyediakan headset untuk bekal di perjalanan nanti. Kadang secara psikologis berkendara sambil mengendarai sepeda motor itu sangatlah mengahasilkan energi yang positif. Sesuai lagu apa yang kita dengarkan,kalau kita berkendara mendengarkan musik pop otomatis kondisi hati monoton. Tetapi ketika kita mendengarkan musik rock atau yang lebih lelaki otomatis timbul gairah dalam berkendara. Saya pernah mendengarkan lagu yang agak lebih lelaki terus saya bernyanyi di dalam helm. Saya tidak peduli di kanan atau dikiri saya siapa tiba-tiba ada seorang bapak yang berwajah garang menyentuh saya dan dia bilang  ' Hei nak berisik tau,kamu sadar nggak sih' ujar bapak itu. Saya pun langsung diam dan tersipu malu ketika itu. Tapi sejujurnya saya juga sering melihat para anak muda berkelakuan seperti saya kalaupun lampu merah telah tiba. Tapi saya apatis saja ketika melihat itu,orang saya saja sama dengan mereka. Malah saya tersenyum sendiri ketika liat kelakuan anak muda itu teriak sesuai lagu yang ia dengar. 


Demikianlah,cerita singkat ini. Sebetulnya sih masih banyak ceritanya tapi cuma ini saja yang bisa diungkap selebihnya cukup disimpan di memori pikiran saya. :D

Menjadi Mahasiswa

Mahasiswa kekinian telah mematikan tonggak sejarah mahasiswa itu sendiri,padahal menurut catatan sejarah mahasiswa selalu menjadi tonggak perubahan. Liat saja,peristiwa sebelumnya yang baru beberapa tahun silam terjadi yaitu dengan menurunkan rezim Soeharto yang kita kenal sebagai bapak pembangunan. Tapi yang saya liat sekarang malah hanya segelintir saja yang masih mengerti esensi sebagai mahasiswa. Tapi itu tak jadi masalah karena semua ini butuh kesadaran dan kesadaran itu belum tercetak di mahasiswa yang lebih condong seperti kaum hipis dan mereka ingin disebut'anak kuliahan' daripada seorang 'mahasiswa'.

Belakangan ini memang terjadi kasus ' sondang ' dengan aksi bakar diri beberapa hari yang lalu di depan istana negara. Ini menjadi acuan beberapa mahasiswa di kota besar untuk melawan rezim ini. Tetapi di ibukota sendiri aksi besar-besaran untuk melawan rezim ini belum terlihat. Padahal sebelumnya aksi besar di hari sumpah pemuda telah terjadi yang  menyatakan bahwa rakyat ingin perubahan tapi nyatanya hari itu  banyak sekali aksi di  beberapa titik dengan  berbeda tuntutan pula. Itu menjadi titik kelemahan bahwa perubahan yang di impikan rakyat agak sedikit tertunda. Peran mahasiswa sampai hari ini belum semuanya empatik dengan aksi bakar diri 'sondang' ini. Terlihat di beberapa kampus saja yang ikut turun aksi,selebihnya apatis dan menyepelekan aksi yang diusung teman teman mahasiswa yang turun kejalan. 

Tempo hari yang lalu saja di kampus saya hanya beberapa orang yang ikut aksi solidaritas di jalan,dan mahasiswa yang lainnya hanya terdiam,menonton dan mencaci secara diam-diam. Mereka belum mengerti apa itu peran almamater yang mereka simpan di kamar dan hanya menjadi pajangan di dalam rak baju. Terkecuali mereka yang aktif di bem fakultas yang setiap tahun di pakai untuk ospek angakatan baru. Itu juga karena memang tuntutan dalam ospek yang diharuskan memakai almamater,belum tentu juga dari semua mereka itu mengerti betul arti almamater, Bukan berarti saya mengucilkan almamater dengan tidak sering dipakai makanya aksi demonstrasi,saya tidak ingin almamater itu hanya menjadi oleh oleh semata ketika lulus nanti.Tapi ada kenangan tersendiri ketika almamater itu pernah mengabdi kepada masyarakat.

Sampai hari ini,ada beberapa mahasiswa yang turun aksi kejalan dengan berbagai tuntutan,yang paling jelas adalah 'jaringan kampus' yang menuntut rezim ini harus digulingkan,karena banyak kejadian yang merugikan rakyat selama masa kepemerintahannya. Sampai adanya koran 'lawan!' yang bagikan ke rakyat dan mahasiswa ,biar rakyat dan mahasiswa tahu borok semasa kempemerintahan SBY dan Boediono. Tapi itu hanya beberapa persen mahasiswa yang aksi turun kejalan sebagian lainya hanya datang ke kampus,belajar,bercengkrama dan pulang kerumah. Saya menghargai hal itu,karena itu juga merupakan tanggung jawab dia tapi dia juga punya tanggung jawab secara umum yang harus dibenahi. Saya tahu revolusi tidak pernah ada di indonesia setidaknya aksi belakangan ini hanya ingin meminta kepada para pemimpin itu sedikit perubahan yang mampu menciptakan  masyarakat adil dan makmur saja.

Sekian dari opini saya yang terbatas ini,semoga saja kedepannya nanti mereka yang hedonis berubah jadi aktivis yang mengerti bahwa hidup ini adalah perjuangan. Saya tidak memaksa siapapun itu,orang saya aja masih berkaitan dengan hedonis dan aktivis itu sendiri. ya setidaknya proporsional diikitlah. Intinya sih,saya ingin dejavu beberapa tahun silam itu terjadi lagi  dan mahasiswa kini menjadi pelaku sejarah yang di masa depan nanti hadir di catatan sejarah indonesi. 

Cukup Riskan

Ketika saya harus memantau gerak geriknya,selalu saja ada perasaan sakit hati yang timbul tidak disengaja dan merasakan hal pahit itu dengan sendirinya. Saya mengerti akan alur yang seperti ini dan saya sengaja diam demi meluruskan suatu hubungan ini. Tapi tak ada yang perlu disesali kecuali sudah benar keterlaluan. Sebenarnya juga saya paham akan gerak pikiran dia membawa hubungan ini hingga kemana. Saya selalu ingin memainkan peran yang Berbeda di hadapannya. Tapi kalaupun skenarionya berbeda saya hanya bisa mengambil hikmah dari semua ini dan menjadi batu pelajaran yang saya emban.  Andai semua tidak sesuai rencana,saya hanya bisa berharap kalau perasaan sakit itu hilang dengan cepat. Itu saja,karena keadaan terberat saat merasakan hal yang tidak diinginkan yaitu males berbuat apa-apa. 

Itu memanglah bumbu dari segala konsekwensinya yang harus diterima resikonya,saya siap mendapat ganjaran itu asal mendapatkannya dalam waktu yang sebentar saja. Wah saya agak galau nih,maklumlah ketika kita memahami seseorang walaupun belum sepenuhnya,adanya perbedaan itu membuat kita selalu mempertanyakannya. Tapi mungkin ini hanya praduga yang salah juga menurut saya,ya harapan besar saya sih,tulisan ini sangat bertentangan dengan apa yang saya curigai. Jujur saja,selama ini saya sangat percaya dengan dia. Tetapi kalau bicara masalah hati saya nyerah,karena hati itu tidak bisa dipaksakan dan semoga saja saya mengerti.

Sedih,Ketika kau Mengaku Sudah Tak Hijau Hitam Lagi !

Dulu,ketika memasuki masa penat di perkuliahan. anda datang tak diundang lalu dengan percaya diri  mensyiarkan 'esensi sebagai mahasiswa' Sentak yang ada dipikiran saya,anda itu siapa? seenaknya masuk tak permisi menjabarkan tri darma perguruan tinggi yang memang betul saya kurang paham apa itu perguruan tinggi. Tadinya memang saya menganggap dia ini sebelah mata,tetapi ketika dia mengajak saya untuk ikut ke forum diskusi yang visinya ingin memajukan kerangka berpikir saya. Saya terima itu tawaran dengan cuma-cuma tanpa mendekati janji.  Dari dulu,saya juga menginginkan hal itu terjadi di kampus saya,tetapi nihil sekali yang saya lihat dan hasilnya tak berpotensi sama sekali apa yang ada di tubuh kampus. Maka saya memilih jalur lain dan ikut berorganisasi.

Seiring berjalannya waktu,adanya progress yang saya alami ketika memasuki organisasi ini saya merasa nyaman. Karena bagaimanapun dinamikanya itulah yang terbaik buat saya. Tapi ketika dia sudah semakin matang dan pandai beretorika. Saya akui dia memang cerdas dan sangat kritis sebelum masuk kawasan di organisasi tersebut. Tetapi sekarang menurut kenyataanya dia sudah tak menghargai lagi darimana ia berasal ketika ada aliansi lain yang mengajak untuk menjadikan indonesia ini menjadi baru. 

Ketika dari awal kita jumpa muka,pikiran dan jiwa sekarang hanya bisa jumpa muka saja. Karena pikiran dan jiwa sudah tak bisa sepaham. ujur saja,saya sedih akan tau kalau kejadianya begini. Ketika ada kepentingan masuk untuk mendoktrinisasi dia.  Saya yakin cepat atau lambat dia kembali kepangkuan hijau hitam lagi dan sama2 kita belajar,kajian dan bercengkrama. 

Sekian,