Uniknya Kampusku Universitas Persada Indonesia YAI


Banyak yang sudah tau kalau Kampus Universitas Persada Indonesi UPI YAI yang berada di Jakarta Pusat itu dikenal dengan mahasiswa dan mahasiswi yang tingkat hedonitasnya tinggi.

Saya sebagai mahasiswa yang masih kuliah aktif dikampus YAI menyetujui mengenai tingkat hedonitas itu. Mungkin saya sendiri masuk dalam kategori itu. Bagi saya kampus YAI itu unik,unik dalam kebijakan kampus dan juga kelakuan mahasiswanya.

Uniknya walaupun mahasiswanya banyak yang di nobatkan hedonis dan di yai itu nggak ada fakultas fisip tapi ada beberapa mahasiswanya yang berpartisipasi waktu demo bahan bakar minyak beberapa bulan silam.

Kampus UPI YAI juga sering terlibat tawuran,mahasiswanya juga dari masa ke masa terlibat tawuran dengan uki yang notabene sangat berdekatan dekat kampus yai. Wah ini memang tradisi kayaknya yang udah mendarah daging dalam perseteruan yai dan uki.

Anehnya, UPI YAI dan UKI bersatu melawan rezim melalui suara – suaranya dari jalan diponegoro waktu beberapa bulan silam. Aneh betul yah. Kampus yai juga agak stabil sih kondisi mahasiswanya disana,ada yang apatis ada juga yang kritis.


kampus tercinta upi yai
Selain itu,saya sangat kecewa dengan kebijakan kampus yang nggak membuat bem universitas. Nggak adanya bem universitas akan sangat sulit apabila menerima undangan kalau hanya ada bem fakultas. Maka itu sempat bulan september tahun kemarin saya beserta teman – teman yai.

Berdemo mengenai ini didepan kampus tapi itu tidak sampai aspirasi kami ke pikiran dan hati rektor dan ketua yayasan. Apabila ada bem universitas akan sangat mudah para mahasiswanya menyatakan aspirasi ke mahasiswa nomor satu misalnya dengan adanya presiden mahasiswa di yai itu sendiri.

Karena wadah aspirasi ya hanya ada pada bem bukan ukm ataupun senat sekalipun. Ya mungkin nanti ada juga yang mengoreksi ini. Saya juga belum tau sejarahnya bem dan senat yang ada di yai,tapi setau saya ya beginilah adanya. 

Tapi yai itu unik sekali yai ini,walaupun nggak seunik institut kesenian jakarta tapi mahasiswa yai itu sangat kreatif. Saya mengakui ini melihat dari banyaknya kaum hipster yang nggak tersadarkan di yai itu banyak.

Itu dilihat dari fashionable. Yai juga terkenal akan kecantikan dan molek dari para mahasiswinya. Secara musikal yai juga nggak kalah keren,banyak mahasiswa yai yang menyukai seni. Tapi sayangnya nggak ada acara rutin yang berbau kesenian di kampus tercinta yai ini.

Tapi yai diisi oleh sebagian mahasiswa yang tingkat keseniannya bisa di bilang “boleh juga”. Pokoknya nggak kalah keren sama mahasiswa institut kesenian pada umumnya. 

Seiring perkembengan tren, di yai juga ada STAND UP COMEDY UPI YAI yang akan bertransformasi akan jadi ukm kampus. Ukm  itu unit kegiatan mahasiswa yang hampir sama kayak ekstrakurikuler gitu deh.  

Tapi yai itu sekarang sedang kacrut nih kebijakannya, masa mahasiswanya nggak ada yang boleh nginep di kampus. Seenggaknya jadi minus nih sebagai mahasiswa. Anak – anak ukm pasti keberatan nih,ya mau nggak mau mahasiswanya harus demonstrasi lagi buat merubah kebijakan.

Ini semua adalah ekspresi saya yang  bangga akan fenomena mahasiswa yai dan kecewa akan kebijakan kampus.  Mungkin masih banyak lagi yang akan kalian dapatkan sekitar informasi tentang kondisi internal yai,entah itu dari teman ataupun saudara.

Menciptakan Karya Didalam Mata Pelajaran


Dalam dunia seni memang musik juga sebagian dari seni. Makanya sering saya dengar bahwa musisi itu adalah seorang seniman.  Tapi saya nggak akan detail untuk membedah ini khususnya musik secara mendalam. Karena malas cari referensinya  J. Beberapa waktu lalu saya pernah menonton acara televisi dimana ada adegan seseorang yang memberikan tugas membuat lagu kepada guru seni musiknya. Saya kaget banget liat adegan itu dan berpikir kenapa dulu semasa sekolah nggak ada tugas buat bikin lagu yah.  

Kalaupun ada pasti semua murid berlomba – lomba membuat lagu yang keren apalagi memasuki habitat sekolah menengah atas. Itu kan pasti cocok banget karena kesenian hidup juga berawal dari sekolah menengah atas dalam artian banyak eskul yang tersedia dalam bidang seni. Itu merupakan ide bagus buat kurikulum sekarang yah,kenapa di pelajaran seni musik nggak ada tugas buat bikin lagu. Karena anak sekolah menengah atas dekat dengan band band indie pasti banyak yang terinspirasi dari sana juga buat bikin karya yang mutakhir. 

Dari segi lirik mungkin akan sederhana dan kita nggak tau yang namanya sebuah karya bakal terjadi seperti apa kedepannya. Waduh ini saya udah mengkhayal aja kalau bakal ada tugas bikin lagu disebuah sekolah dalam pelajaran seni musik. Tapi kayaknya bagus yah,daripada kita maju kedepan kelas terus bawain lagu orang mending kita bawain karya kita yang berisi pesan asmara bagi yang punya gebetan dalam satu kelas dan sindir menyindir bagi yang punya musuh atau mantan dalam satu kelas. 

Mungkin juga sudah ada beberapa sekolah yang menjadikan lagu sebagai tugas untuk mata pelajaran. Tapi setau saya sih belum ada,mungkin ini masih dalam ruang lingkup kecil saya aja. Wah kalau saya terlibat dalam pembuatan tugas bikin lagu dan pastinya itu pekerjaan kelompok. Pasti saya akan berpikir keras buat membuat lirik yang akan dilirik banyak orang dan kualitas musik yang relevan dengan selera konsumen karya saya. J

Kemacetan!!! Bukan IbuKota yang harus di Transmigrasikan!!!

Oleh :
Muhammad Dofir Ibrahim
mdofiribrahim@yahoo.com  Mobile: 0857 1188 1499


Macet, menjadi persoalan pelik kota-kota besar seperti jakarta yang sampai saat ini belum ada jalan penyelesaian, menjadi momok bagi jakarta sebagai pusat bisnis dan pemerintahan.Saran, kritik bahkan aksi demonstrasi hampir setiap hari di kumandangkan bak Adzan, media baik Elektronik dan cetak juga  hampir setiap waktu memberitakan ini persoalan.

Rakyat, wakil rakyat, konglomerat dan pejabat semua teriak jadi korban kemacetan, kalau semua teriak jadi korban, lalu siapa yang mengorbankan?, Kalau sudah begitu Apakah juga kita semua yang teriak jadi korban bukan termasuk penyebab kemacetan?. 

konsultan lokal bahkan dari asing pun di datangkan, banyak cara sudah di lakukan, namun persoalan kemacetan di jakarta ini juga belum dapat terselesaikan.

Fly Over terus di bangun, Busway dengan jalan khusus sudah berjalan meskipun belum menjangkau wilayah jakarta secara keseluruhan, subway, monorel kembali di rencanakan, entah berapa anggaran lagi yang harus di keluarkan, pastinya APBD Jakarta sendiri tidak mampu untuk merealisasikan, Lalu apakah hutang yang akan pemerintah lakukan ???, kemudian apakah setelah semua terbangun menjamin kemacetan di jakarta  ini dapat terselesaikan??? . di lihat dari aspek tanah di jakarta sendiri, sudah tidak layak untuk di didirikan bangunan lagi, karena dalam waktu-waktu terakhir ini tanah ambles di sana-sini.

Apakah rencana membangun subway, monorel yang dengan anggaran besar akan tetap di lakukan? sementara tidak ada jaminan kemacetan akan dapat terselesesaikan.

Apakah benar kemacetan ini di sebabkan karena kurangnya infrastuktur jalan akibat jumlah kendaraan.? Bukankah  pengalaman semacam ini beberapa kali terulang, pelebaran jalan sampai terjadinya penggusuran, namun toh kemacetan tak terhindarkan.

Terakhir muncul ide Ibukota akan di transmigrasikan, tidak tahu karena mentoknya ide atau mungkin di anggap sebagai biang kemacetan, dengan argument pusat pemerintahan tidak akan berjalan optimal apabila ibu kota negara/pusat pemerintahan berada pada tempat yang di landa kemacetan; pastinya, macet merupakan penyakit Jakarta yang harus di obati, bukan di tinggalkan.

Banyak hal sudah di lakukan, namun persoalan yang satu ini “macet” masih saja berkelanjutan, rencana yang akan di lakukan dengan angaran besar pun juga tidak menjamin persoalan ini dapat ter selesaikan, bukankah itu artinya apapun yang sudah dilakukan tidak menyentuh pada pokok permasalahan, juga apakah bukan merupakan suatu kekeliruan besar apabila hal yang sama kembali di lakukan.

“Setiap penyakit pasti ada obatnya”, mudah-mudahan penyakit jakarta bukan kronis yang harus di amputasi sehingga Ibukota mesti Transmigrasi, karena dalam pengamatan kami ada beberapa hal yang baik jika di lakukan, bahkan sudah menjadi peraturan namun tidak/kurang di terapkan, yang menyebabkan terjadinya kemacetan:

Tidak/kurang berfungsinya “ZEBRA CROOS”, pelanggaran yang paling sering kita temui, dengan  seenaknya orang menyeberang tanpa menggunakan rambu ini, hukuman bagi pelaku pun tidak ada, padahal angka kecelakaan jumlahnya cukup besar karena sembarangan menyeberang jalan.

“TROTOAR”, sarana trasportasi bagi pejalan kaki ini beralih fungsi sebagai area
          dagang.

“ PARKIR LIAR” yang sampai memakan badan jalan.

Tidak cukup tersedianya area parkir di pusat-pusat keramaian.

Tidak/kurang berfungsinya “HALTE”  sebagai sarana menaik/turunkan penumpang, dengan seenaknya angkutan umum menaik/turunkan penumpang bahkan di tengan jalan sekalipun, juga  pola letak halte yang mesti di rubah.

Perbedaan sekolah ELIT (ekonomi Sulit) dengan sekolah Bonafit, setarakan semua sekolah dari  mutu, fasilitas dan lain-lain. Banyak kalangan menengah atas yang men sekolah kan anakya di  tempat yang berjarak jauh dari tempat tinggal karena di anggap Bonafit, meskipun di sekitar  mereka tinggal terdapat sekolah yang sebenarnya bisa di akses dengan berjalan kaki. 
Jarak tempat kerja dengan tempat tinggal pekerja yang berjauhan. misal: tempat kerja di  tanjung priok, tempat tinggal pekerja di cibubur, bekasi, tangerang. Hal ini yang membuat banyak hal tidak baik, seperti kemacetan, pemborosan dan lain-lain terjadi, mungkin ini yang di sebut dengan  semrawutnya tata ruang, padahal apabila semua instansi/perusahaan mau menyediakan  tempat tinggal/mess di sekitar tempat bekerja, banyak keuntungan dari kedua belah “ instansi/perusahaan dan karyawan”,
diantaranya :
                       A. perusahaan melibatkan semua karyawan sebagai keamanan.
                  B. tidak ada alasan terlambat datang.
                  C. drastis mengurangi jumlah kendaraan di jalan.
                  D. dapat memberikan pelayanan 24 jam dengan system Shit.
                  E. pekerja tidak takut akan macet dan kemalaman pulang.
                  F. Gerakan  gemar menabung yang yang di himbaukan pemerintah
                      berjalan, karena pengeluaran banyak berkurang, meskipun setiap bulan di
                      kenakan anggaran perawatan  tempat tinggal.

Tidak sesuainya jumlah angkutan umum dengan penumpang, dengan begitu mudahya dinas terkait memberikan izin/trayek angkutan umum turun di jalan, satu sisi ber argumen mengatasi pengangguran, tetapi di lain sisi antar sopir berantem gara-gara rebutan satu penumpang.


Tidak adanya pendidikan di siplin bagi pengemudi, surat izin mengemudi (SIM) begitu mudah di dapatkan asal ada uang, tanpa harus melalui tes yang di haruskan.

Tidak adanya pengawas aparat penegak hukum di jalan, sehingga banyak terjadi kesepakatan damai  antara petugas dengan pelanggar lalu lintas. 

Ada Gengsi Di Balai Kerja

Didalam sifat kepemimpinan memang ada tiga gaya dalam memimpin. Yang pertama,ada gaya kepemimpinan autokratis. Yang kedua,ada gaya kepemimpinan demokratis dan yang ketiga ada gaya kepemimpinan laissez-faire. Macam- macam gaya ini tetap bersumber pada mbah google. Saya bukan membahas detail tentang kesemua gaya kepemimpinan itu. Saya cuma mau mendeskripsikan dengan gaya kepemimpinan pimpinan saya ditempat saya bekerja. Ya menurut saya sih dia pakai gaya kepemimpinan demokratis. Bukan autokratis ataupun laissez-faire. 


Tapi kadang saya suka bingung dengan pendapat dia yang selalu dia pertahankan walaupun belum tentu benar. Waktu tempo hari teman kerja saya sedang rapat dengan pimpinan saya dan saya ikut hadir dalam obrolan mereka. Mereka berdua sedang membahas market yang belum masuk sasaran ataupun target. Dalam kalkulasi hasil di buku jurnal itu terdapat kesalahan dalam bidang matematika. Waktu itu pimpinan saya mengoreksi jumlah yang ada di buku jurnal itu namun bukan seperti yang dia inginkan. Padahal teman saya ini sudah mengkalkulasikan semua kedalam kalkulator. 

Pimpinan saya mengkalkulasikan secara manual dan dia bilang bahwa kalkulatornya itu kacau. Salah perhitunganlah intinya. Masa iya sih kalkulator itu salah. Ini yang bodoh pimpinan saya apa kalkulatornya. Setelah dihitung,memang prakiraan saya memang bukan kalkulatornya lah yang salah. Tapi pimpinan saya tetap ngotot kalau dia itu benar. Lucu yah kalau liat orang yang begitu,terima kesalahan aja susahnya minta ampun. Akhirnya setelah di teliti lagi,teman saya benar perhitungannya dalam kalkulasi di buku jurnal itu. Tapi pimpinan saya mengakhirinya dengan berucap "iya,bener nih. Itu besok kalkulatornya ganti aja sama yang bagusan". dia bilang gitu karena nahan gengsi kali yah. 

Wah saya tetep aneh aja liat orang yang tetep teguh sama pendiriannya walau itu salah sekalipun. Pimpinan saya memang demokratis tapi melihat cara menanggulangi argumennya kaya gitu,itu masuk ciri gaya kepemimpinan yang mana sih. Ah bingung yah,apa mungkin harus di revisi lagi yang tadinya ada tiga sifat jadi ada lima atau empat sifat tambahan lagi. :)