Tawuran Dini Hari di Tugu Tani

Jakarta [ 23/10 ] dini hari tadi tepat pukul tiga telah terjadi tawuran yang melibatkan puluhan pemuda yang ikut andil dalam ajang pencarian jati diri tersebut. Tawuran tersebut berada di tengah jalan dekat tugu tani,gambir,jakarta pusat. Adanya tawuran yang terjadi dini hari tadi sedikitnya merugikan beberapa alat kendaaran yang berada di tempat kejadian. Terlihat beberapa mobil dan motor dirugikan oleh kejadian tersebut. Tawuran antar pemuda yang terjadi di tugu tani ini sekiranya rutin setiap malam minggu. Ada kemungkinan kedua belah pihak yang ikut tawuran ini adalah warga kali pasir dan kebon sirih. Pokok permasalahanpun tidak di ketahui. 

Tawuran tersebut memakan waktu lima menit dan fasilitas yang digunakan oleh kedua warga tersebut adalah senjata tajam dan juga bambu. Memang sungguh disayangkan dengan adanya tawuran ini padahal hari sumpah pemuda sudah mendekati dan itu membangkitkan semangat pemuda. Tetapi dengan adanya tawuran ini sudahlah tidak sakral lagi hari sumpah pemuda itu. Untungnya,polisi dengan sigap membubarkan tawuran yang berdurasi lima menit tersebut.

Progresivitas Hubungan Asmara

Sudah beberapa bulan saya selalu berharap atas doa-doa saya yang saya kirim kepada tuhan yang maha esa. Bagaimana caranya agar bisa terkabul doa-doa tersebut. Mungkin tidak ada satupun orang yang bisa memprediksikan kapan doa itu terkabul. Hanya kuasa tuhan yang maha esa. Disini saya tidak membicarakan tentang tuhan tetapi sebuah harapan saya kepada seorang perempuan yang sekarang ini saya kagumi.  Berkali-kali saya coba mendekatkan sisi emosional saya kepada dia kadang berbuah hasil. Kata rindu dan kangen yang menggebu - gebu masuk ke layar kotak masuk di handphone saya. Terkadang saya dibuat tersenyum oleh pesan singkat itu. Tetapi jangan gede rasa dulu lah. Santai dulu. 

Di hari ulang tahunnya pun saya termasuk beruntung menjadi pria pertama yang memberi ucapan selamat kepada dia. Dan itu mungkin prestasi terbaik saya memberi ucapan kepada seorang perempuan. Karena sebelumnya saya selalu gagal menjadi pengucap yang pertama  dalam konteks pemberian ucapan selamat. Ada aja yang seruduk main kasih selamat,huft. Tapi perempuan ini mengaku sendiri kalo sayalah pria pertama yang memberi ucapan selamat kepada dia. Begini kronologis singkatnya. "selamat ulang tahun ya *** "ujar saya , "iya makasih yah,cie cowo pertama yang kasih selamat" ujar dia. Dialektika ini melalui sabungan telepon ketika tepat jam dua belas . Kira - kira begitulah kenapa saya yakin saya yang pertama mengucapkan selamat kepada dia. Saya sih tidak begitu sumringah mendengarnya karena ada misi lain yang ingin saya capai melalau intensitas komunikasi dengan perempuan itu.

Ya alhamdulilah ada progres menjalani hubungan dengan dia,harapan itu mulai menjadi peluang sesungguhnya. Padahal saya sudah tidak begitu yakin. Tapi karena kuasa tuhan dan motivasi sendiri. Akhirnya saya tidak ingin berpaling ke perempuan yang lain. Sekali satu tetap satu! itulah slogan saya ketika memulai hubungan asmara. Lagipula tidak punya bakat untuk selingkuh.  Semoga saja dia ingin  memulai hubungan yang baru  dengan saya,kata lainnya sih di kasih kesempatan kedua gitu.

Salam,
gilang gumgum

Upaya Berbagai Jaringan Kampus

Sumber : Detik.com { gambar diambil pada Jum'at,7 Oktober 2011 silam }


Dalam beberapa hari ini ada berbagai jaringan kampus di ibukota Jakarta yang sangat idealis dalam membaca situasi tentunya dalam kepemerintahan.  Dalam sebuah riset mengatakan kalau jaringan kampus ini berdiri atas inisiatif beberapa mahasiswa yang menginginkan perubahan. Tetapi disisi lain,merubah indonesia itu peluang sangatlah kecil sekarang ini. Mungkin perisai kata ‘Tapi tak ada yang tak mungkin’ sangat relevan untuk membuat jaringan kampus ini untuk tetap ada dan berkontribusi dalam perubahan indonesia.  Sebuah aksi turun kejalan adalah hal yang pasti untuk merubah negeri ini,walau kadang ada beberapa opini lain yang mengatakan kalau aksi demonstrasi untuk era sekarang ini adalah sia-sia.  Pertanyaannya adalah,adakah kontribusi diskusi dalam merubah suatu negara? mungkin ini pertanyaan besar di benak individu para kaum intelektual.

Itulah yang membuat adanya berbagai jaringan kampus untuk aksi ke jalan dengan misi sederhana yaitu menjatuhkan rezim presiden sekarang ini yang dinilai memiliki minus dalam kepemerintahannya dari segala aspek.  Melihat beberapa tahun silam peran mahasiswa sangatlah vital dalam revolusi indonesia. Tapi revolusi sekalipun tak cukup untuk membuat indonesia seperti yang diinginkan. Malah akan timbul episode revolusi lagi dalam masa kepemerintahan kini atau nanti. Tapi jaringan kampus ini memenuhi langkah kongkrit untuk mengabdi kepada masyarakat dengan aksi demonstrasi.

Pro dan kontra itu hal biasa dalam menjalankan misi. Tapi semata-mata perkiraan masyarakat lain akan adanya aksi demonstrasi ini cukup disayangkan pendapatnya. Disinilah momen dimana mahasiswa harus menjadi titik sentral beban kaum proletar.  Berusaha menginginkan hal terbaik itu tak salah,makanya para berbagai jaringan kampus ini bertekad menurunkan rezim kini agar menjadi negara yang disegani tanpa bantuan negara asing.  Itulah misi sederhana yang menjadikan aksi dari berbagai jaringan kampus.

Salam,

gilang gumgum

Organisasi yang Relevan

Suka bingung dengan orang tua yang melarang anaknya untuk berpikir maju,memang sih kadang orang tua itu suka diskusi dengan anaknya untuk tetep fokus kuliah. Ya itu cuma sebagian orang tua saja yang begitu. Saya sendiri mengikuti organisasi dengan dua pendapat yg berbeda. Pertama,ayah saya memang mengizinkan untuk berorganisasi dan berharap baik kedepannya. Kedua,ibu saya kurang berkenan kalau saya mengikuti organisasi. Karena di takutkan akan mengganggu konsentrasi di akademik. Saya juga senang dengan dikotomi pendapat ini,saya tetap ingin berorganisasi dengan misi tertentu. Walau ada pro dan kontra dari kedua orang tua saya. 

Untungnya,ayah saya tau akan sejarah organisasi yg saya ikuti. Berbeda dengan ibu saya yang sok tahu akan itu. Memang sebelumnya sih saya pernah tanya sama kedua orang tua saya untuk memilih organisasi mana yang saya tuju. Ada opsi sih untuk memilihnya,diantaranya GMNI,HMI,PMII dll. Dari ketiga itu yg saya tanya sama kedua orang tua saya,mereka memilih HMI,karena faktor sejarahlah yang membuat kedua orang tua saya berpihak kepada HMI, Dan pada akhirnya saya memilih HMI. Sampai sekarang saya bangga sekali menjadi kader HMI. 

 
Bukan itu saja,saya bangga akan alumni HMI yang rata-rata pada sukses di aspek masing. Hampir semua menjadi tokoh sentral,itulah yang memotivasi saya juga untuk tetap berorganisasi walau banyak dinamika didalamnya. Saya tetap tegar ingin menjadi orang yang sukses dalam bidang tertentu melalui HMI. HMI ini adalah wadah kedua saya setelah saya berkuliah pada jurusan yang saya emban. Pada intinya kebanggan itu selalu terselimuti di hati saya. Kedua orang tua saya pada awalnya senang sekali tapi setelah beberapa bulan ada progress dalam pemikiran saya,kedua orang tua saya agak curiga. Entah itu difaktorkan sesat atau kecurigaan lainnya. Saya kira itu dikarenakan karena saya lebih gemar membeli buku filsafat dengan buku jurusan yang saya ambil yaitu tentang komputer. 


Sangat agak disayangkan memang kalau begini,tapi saya tetap ingin belajar sesuai ayat-ayat yang di firmankan gusti Allah swt. Untuk tetap belajar dan bejar dan juga usaha. Saya selalu yakin masa depan saya itu terang walau kini masih dalam tahap orgasme intelektual.

Gejolak Di Konferensi

Konferensi ini diadakan setiap satu tahun sekali dibawah organisasi Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI. Di Konferensi ini memang dibutuhkan waktu yang agak maksimal untuk menyudahi konferensi ini berjalan dengan lancar tapi seutuhnya sikap kritis yang ditunjujkan para kader membuat konferensi ini diprediksi berlangsung beberapa hari dan tidak tau tentunya kapan selesainya. Saya memang berpartisipasi dalam konferensi ini karena saya juga mewakili komisariat saya. Tapi dengan hati yang malu peran saya di dalam konferensi ini memberi sedikit kontribusi. Sudah beberapa hari konferensi ini belum juga kelar,itu membuat kami yang ada di konferensi cukup lelah. Dalam mengikuti acara ini pasti ada yang dikorbankan,beragam keluhan menyelimuti kisah non teknis dalam konferensi ini,dari keluhan jadwal kuliah yang ditinggalkan karena konferensi ini hingga berbagai macam alasan pribadi.

Memang benar sih,konferensi ini juga sebagai tahap pembelajaran karena konferensi ini contoh kecil dari persidangan sesungguhnya. Banyak konflik yang terjadi selama konferensi berlangsung,saya juga kali pertama mengikuti konferensi ini,dan saya baru tau kalau di dalam konferensi ini kita itu berperan dengan sungguh-sungguh agar kesakralan ditubuh konferensi ini sesuai realita. Sempat beberapa hari lalu terjadi konflik di konferensi dan itu memang teman saya sendiri,saya sadar ini hanya peran tapi saya berpikir lagi,kok bisa ya? teman sendiri itu kena ocehan juga,dan seperti sungguhan. Ya memang inilah kenyataannya.


 saya sadar disini kita diajarkan berpolitik melalui strategi dan taktik yang cukup mendominasi,pokoknya ini pembelajaran yang sangat berarti. Dalam harapan besar semoga diadakannya konferensidi tingkat cabang tepatnya pusat-utara ini melahirkan pemimpin yang sesuai kriteria pemimpin sesungguhnya. Semoga juga setelah menjadi pemimpin di tingkat ini bisa menyelesaikan beberapa upaya yang sedang di tinggkatkan agar menjadi progress khusunya tentang akademisi. Saya berharap juga demikian. 


Salam,
Gilang Gumgum