Lupa Disaat Bukan Waktunya

Waktu beberapa hari yang lalu,saya sempat kaget karena ada suara adzan subuh di masjid yang berada didekat rumah saya. Muadzin atau sebutan bagi orang – orang yang melaksanakan adzan itu telah berkumandang pada waktu yang bukan ditentukan oleh agama islam dengan semestinya. Bayangkan saja,muadzin itu berkumandang pada saat jam lima sore. Kalau dipikir – pikir shalat apa yang dilaksanakan pada saat jam segitu. 



Coba kalian pikir,kegiatan apa yang habis dibuat oleh muadzin itu sehingga dia lupa kalau itu belum waktunya adzan tapi muadzin itu melaksanakan adzan. Hampir semua yang ada di sekitar rumah saya ada yang tertawa dan mengucilkan secara sarkas. Wah itu pasti pada bertanya – tanya di pikiran semua orang yang ada di sekitar rumah saya. Mereka memikirkan kegiatan apa yang dilakukan muadzin itu sehingga ada suara adzan pada saat jam lima sore,saya aja yang dengarnya agak senyum dikit. 

Wah pasti reputasi muadzin itu udah buruk yah,pasti disindir tuh kalau dia adzannya pas hari kamis,pasti waktu ada pengajian yasinan muadzin itu jadi trending topik. Untungnya muadzin itu tidak di skorsing sama pengurus masjidnya atau muadzin itu pengurus masjidnya. Tapi biarinlah Cuma rasa malu itu mah yang ada di benak si muadzin.  Udah suara adzan itu cukup fals , pakai salah lagi waktu adzannya. Aduh saya masih penasaran,muadzin itu habis ngapain sih sampai bisa begitu yah.

Jangan Terlalu Fanatik

Saya turut berduka cita atas para penggemar sepak bola yang merasakan sakit hati disaat tim pujaan mereka tidak dalam penampilan terbaiknya. Sehingga,tim pujaan mereka tidak masuk dalam peringkat teratas. Kalian juga khususnya kaum lelaki yang pecinta sepak bola sering mendapatkan ejekan atau hujatan dari penggemar tim lain yang kebetulan tim pujaannya dalam penampilan terbaik. Saya sering sekali mendapat ejekan itu,bukan berarti saya kalah. Tapi setidaknya yang namanya penggemar itu hampir mirip dengan kelakuan para pengacara

Mereka selalu melakukan pembenaran entah itu dengan cara apapun membalikan keadaannya. Saya sering sekali melihat beberapa teman yang saling hujat atas tim pujaan mereka,itu wajar dan hal yang sangat biasa di dunia sepak bola. Tapi harus hati – hati juga. Karena ada beberapa kasus yang tragis yang dilatar belakangi oleh saling mengejekan tim pujaan. Saya pernah lihat di koran waktu itu,ada berita pembunuhan yang menyebutkan bahwa pembunuhannya terjadi karena saling ejek tim pujaan. Yang lebih miris lagi,itu terjadi di ranah pertemanan.

Wah itu sangat kacau juga yah berita,makanya kita yang sering mengejek penggemar lain juga harus hati – hati. Takutnya lawan bicara kita tidak menerimanya sehingga berakhir negatif. Tapi itu dinamikanya juga sih,saya pikir kalau tanpa adanya itu,kita jadi tak sefanatik atau rasa ingin tahunya terhambat. Sepakbola memang kiblat hampir semua para lelaki. Bidang olah raga yang sangat di gemari oleh semua kalangan. Bahkan ada dua negara yang saling perang,itu juga karena dilatar belakangi oleh sepak bola. 


Sudah sering dengar atau lihat kan kalian juga,didalam stadion atau diluar stadion semua negara terkadang diawali dengan bentrokan antar pendukung. Itu budaya yang pasti diawali dari saling ejek sang pendukung kepada pendukung yang lain. Bahkan di indonesia sendiri juga demikian Didalam stadion pun kalau saling ejek juga berujung bentrokan,lihat saja tragedi heysel di belgia sana yang menjadi sejarah kelam bagi dunia sepak bola. Khususnya bagi penggemar liverpool dan juventus.

Coretan Dinding Para Seniboy Berseragam



Kalian pasti pernah melihat tulisan kreatif yang dibuat para anak sekolah yang berlomba – lomba menuliskan nama sekolahnya di dinding – dinding ibukota atau dimanapun itu. Secara tidak langsung mereka semua itu adalah bagian pemasaran yang diutus oleh para sekolahnya. Maksud mereka menuliskan itu semua di dinding – dinding ibukota. Pasti ingin nama sekolahnya itu populer dan ingin semua orang mengetahuinya khususnya bagi anak muda yang masih berseragam juga. Mereka menulis itu semua demi mengejar eksistensi sekolah mereka saja. Bahkan terkadang ada improvisasi pada hasil karya yang dibuat oleh para seniman berseragam itu dengan menuliskan kata – kata yang berbau humor juga. Saya juga sempat membacanya ketika saya ingin pergi ke suatu tempat. 

Media yang dipakai untuk mempopulerkan nama sekolah mereka cukup dinding atau sebuah benda yang dapat menampung coretan. Bahkan didalam kereta nama – nama sekolah itu ada dilokasi mana saja. Terkadang juga mereka memanipulasi nama sekolah mereka yang sebenarnya menjadikan nama sekolahnya menjadi keren dan tawuran adalah salah satu bagian dari pemasaran mereka. Nama sekolah yang tercantum di didinding itu kalau mereka yang membacanya mengetahui tingkat keberanian dari sekolah itu,pasti yang membacanya akan tersanjung atau bahkan tertegun. Cukup berlebihan yah menanggapi hal sekecil itu. 

Dari sekolah dasar,sekolah menengah pertama,sampai jenjang berikutnya. Hampir mereka semua mencatumkan nama sekolah mereka di dinding – dinding jalanan. Misinya tentu ingin terkenal dan diakui eksistensinya. Dilandasi dengan tawuran kalau ingin menambah nilai plus dalam pengakuan eksistensi di dunia kenakalan remaja itu sendiri. Tentu cukup beruntung mereka yang punya nama sekolah yang cukup bagus bila dilihat dari sisi grafisnya yang terbaca menarik. Mereka yang menuliskan juga akan percaya diri dan bangga atas kerennya nama sekolah mereka. Jadi menulis di manapun pasti mereka cukup sombong menulis nama sekolah mereka. 

Saya sempat berpikir,kalau mereka ini punya tujuan baik dan punya keuntungan tersendiri buat sekolahnya juga. Semua ingin dilihat dari sisi baik pastinya sekolah itu tapi mereka mengedapankan budaya yang sudah ada di indonesia ,lebih baik mereka menulis dimanapun dan orang akan membacanya. Tapi mereka yang membaca pasti memberi klasifikasi tersendiri.  Jadi saya berpikir,mereka yang suka menulis atau corat – coret dijalan lebih baik lah dibandingkan tawuran.

Walau corat – coret itu punya misi umum dan tawuran punya misi khusus. Serta keduanya memang perbuatan yang kurang baik juga tapi setidaknya kalau dipilih yang mana yang paling berpengaruh untuk menaikan nama sekolah mereka di masyarakat umum tentu corat – coret aja lah. Misi umum corat – coret itu tentu juga terkenal di mata sekolah lain. Apalagi kalau karyanya keren atau huruf – huruf yang di tulis kreatif  dan menyegarkan mata pembacanya. Pasti lebih baik daripada tawuran. Kalau tawuran itu misi pribadi tentunya,karena mereka yang melakukan ingin dihormati dan dihargai di area teman – teman sekolahnya. Ini memang kenakalan remaja yang cukup membudaya. Cukup dimaklumi.

Spesial Di Spasial Hati

Rona merah terbentuk dirupa yang sedang di landa asmara,itu wajar atau tidak wajar sih. Saya bukan bertanya melainkan sedang menyatakan sesuatu tentang apa yg telah terjadi dengan teman saya yang sedang dilanda asmara. Sebelum ia jatuh cinta lagi,ia bilang pada saya bahwa hal yang paling romantis itu memang ketika sedang berdua lalu dibalut dengan hujan tapi ia bilang itu harus terjadi ketika masih dalam rangka "pendekatan" kepada sang lawan jenis. Memang ketika seseorang sedang merasakan "pendekatan" semua terasa indah bahkan bisa berbeda 180 derajat ketika status berbeda menjadi "berpacaran".

Melirik beberapa bulan yang lalu,ia selalu gusar hatinya untuk menjalankan kisah cinta lagi,tapi silih waktu berganti perasaan itu timbul dengan sendirinya karena mungkin ia menemukan seseorang yg spesial. Mencari yang spesial itu sulit bisa berakibat fatal malah,fatal itu dalam arti selalu dengan "kesendirian"  atau "single" karena mencari pasangan yg sempurna namun tak kunjung hadir. Tapi teman saya ini mungkin sangat beruntung untuk konteks asmara ini. Saya senang,namun tak girang. Karena itu terlalu berlebihan.


Dalam diam,hati saya mengucapkan selamat kepada dia,saya tidak mengucapkan secara lisan karena saya takut nanti dia malah bilang saya iri kepada dia. Tapi sekali lagi,selamat untuk teman perempuan saya yang sudah mendapat seseorang yang spesial lagi dihatinya. Semoga kelak hubungan"pendekatan" yang ia jalankan sekarang dengan senang,akan tetap seperti itu jika sudah berganti status menjadi "berpacaran".

Setia Kepada Cita - Cita

Cita – cita merupakan hal yang sakral dalam tujuan masa depan kita. Cita – cita kadang dibuat oleh kita sendiri ketika kita ditanya seseorang “apa cita – cita kamu?”. Pertanyaan itu muncul dari semenjak kita dini. Jawabannya pun dominan sangat monoton. Menurut saya,cita – cta itu lahir ketika kita sedang berproses yang artinya dalam rangka sedang proses memilih tujuan hidup. Kadang juga,cita – cita kita direvisi oleh kita sendiri sesuai kapasitas dan jiwa kompetensi kita sendiri. Bahkan disaat kita ingin jadi polisi dan ada orang yang menceritakan hal – hal yang negatif ketika ingin masuk polisi. Bisa jadi cita – cita itu luntur dengan sendirinya jikalau kesetiaan kita terhadap cita – cita itu tanpa ada dasar keyakinan.

Semakin kita banyak membaca buku,membaca situasi dan membaca tentang apa yang kita cita – citakan. Daya juang kita telah bergelut dengan apa yang dinamakan jati diri di instrumen kehidupan ini. Tidak selamanya idealis seseorang itu bertahan lama,itu semua tergantung kondisi. Bisa saja cita – cita yang telah lama di idamkan bisa beralih ke cita – cita yang baru. Karena telah menemukan hal yang baru dan membuat hati senang menjalankannya. Banyak yang saya temukan di sekitar saya,mereka yang masih tersesat untuk tujuan hidupnya. Maksud saya profesi yang ingin di ambilnya. Teman saya pernah bilang “ semakin gue banyak baca dan banyak bidang yang gue suka,semakin bingung gue mau pilih yang mana” cetus teman saya ketika ditanya tentang cita – citanya.

Sejak Dini Sudah Harus Punya Cita - Cita
Itu bukan jawaban yang negatif tentunya,bagi saya itu jawaban yang sangat apresiatif untuk kehidupannya . Maklum saja,teman saya itu dikatakan labil karena banyak hal yang dia suka dan mungkin juga dia itu fleksibel untuk cita – cita yang diembannya. Menurut saya,apapun profesi saya nanti kalau senang menjalankannya itu tidak masalah. Apalagi profesi saya berhubungan dengan jurusan perkuliahaan yang saya ambil,itu jauh lebih baik. Banyak juga profesi mahasiswa yang berbeda haluan dengan jurusan yang diambil pada saat menjadi mahasiswa dulu. Beban berat yang diambil itu ketika orang mempertanyakan profesi yang berbeda dengan jurusan yang diambil.

Makanya,apapun bentuk perjuangan kita. Kalau bisa tetap setia pada cita – cita kita. Karena banyak juga mereka para mahasiswa yang pesimis dengan jurusannya masing – masing. Makanya mereka mempersiapkan diri untuk belajar ilmu lain jurusan karena takutnya tidak sesuai yang diharapkan profesinya namun mereka sudah siap menjalankannya. Harusnya bisa disadari itu cuma untuk kualitas wawasan saja bukan untuk difokuskan dan menyelingkuhi ilmu yang kita pelajari dikampus. Karena tingkat kefokusan terhadap jurusan masih minim. Apalagi kalau di poligami dengan berstudi di kampus dan berorganisasi. 
 

Waspada Terhadap Kejenuhan

Ini hanya hipotesa saya saja yang ingin saya rangkai dalam aroma organisasi kehidupan. Kejenuhan itu datang dari kondisi yang kita terima dalam segi lingkungan kita. Kejenuhan tiba setelah kita berpikir tentang kondisi yang kita hadapi sekarang. Ada satu standar pertanyaan yang saya mau kemukakan. Mengapa manusia itu mudah terkena epidemi kejenuhan? Karena saya tidak punya jawaban yang cukup spesifik. Maka dari itu kalian jawab saja sendiri. Menurut saya,tingkat kejenuhan manusia itu berawal dari masalah yang dihadapi entah itu masalah internal atau eksternal yang jelas intinya karena ada sebuah “masalah” maka manusia itu berpotensi pada titik kejenuhan. 

Beragam masalah yang diterima oleh manusia semakin banyak solusi yang harus di ciptakan. Menurut saya,kejenuhan itu bisa dipatahkan dengan cinta. Arti cinta disini yaitu manusia yang mengalami kejenuhan harus merasakan titik nyaman juga dalam berhubungan. Berhubungan dengan sahabat atau dengan teman yang lebih dekat lagi,sebut saja pacar. Kejenuhan itu bisa disamakan dengan rasa kesal. Maksudnya,itu hanya berdurasi sebentar saja. Semua manusia pasti mengalami tingkat kejenuhan.

Seperti cerita yang ada di film pendek “signs”. Film pendek inibercerita tentang seorang lelaki yang hidupnya merasakan tak berwarna,dalam aktifitasnya dibunuh dengan kejenuhan. Tapi dalam kejenuhannya dia harus meletakan tanggung jawab untuk menyambung tali kehidupan. Setelah lama merasakan kejenuhan,muncul seseorang yang spesial dimata dia. Alhasil kehidupan cowok itu langsung bergairah,karena pada dasarnya manusialah yang membutuhkan cinta bukan cinta yang membutuhkan manusia. 

beraktivitas menjadi tidak bergairah
Maka saya rasa,dalam hidup ini harus hidup berdampingan dengan cinta. Agar pola hidup kita menjadi terstruktur. Bukan bergantung dengan cinta tapi menjalani hidup dengan merasakan cinta. Bisa juga kejenuhan dipatahkan dengan kegiatan individu yang produktif. Maksud saya,banyak kegiatan individu sehingga membuat pola pikir kita terus berpikir dan perasaan untuk jenuh tidak ada. Menurut saya sih begitu,menurut kamu apa?

Dari Marah Lalu Ramah


Pagi itu di tjikini tepatnya di tjilosari tempat bernaungnya para prama dan prami yang intelektual. Namun saya tidak membahas tempat itu namun ada kejadian yang unik waktu saya makan di tempat itu. Di depan tjilosari memang terdapat sebuah warung makanan. Tempat itu biasanya menjelang siang sangat ramai sekali tapi waktu saya datang sangat sepi sekali maklum saja waktu itu saya datangnya terlalu pagi jadi yang tersedia hanya beberapa lauk yang saya kurang suka. 

Waktu saya ingin memesan makanan disana,makanan favorit saya sedang dalam proses matang tapi saya rela menunggu karena itu makanan favorit saya. Mbak yang ada didalam warung makanan tersebut juga menyuruh saya untuk rela sabar demi menunggu makanan favorit saya. Tapi saya pikir cukup lama juga matangnya,maklum perut saya tidak bisa berkompromi waktu itu. Jadinya saya batalkan untuk menunggu makanan favorit yang sedang dimasak itu. Saya lalu beralih ke makanan yang sudah tersedia saja. Tak tau kenapa wajah mbaknya langsung jutek dan saya pikir dia marah mungkin dia pikir saya ini menghabiskan waktu dia aja,memang saya akui mbak itu agak repot sih waktu pagi itu. Waktu saya pesan air dingin mbaknya juga jutek jawabnya.

Namun,saya tidak pusing dengan ekspresi wajah dari mbak yang kurang penting itu. Saya sadar saya sebelumnya membuatnya repot,mungkin atasan atau manajer dari warung makanan tersebut melihat tingkah laku mbak yang jutek itu kepada saya. Manajer atau atasannya mungkin itu memberi kode terselubung kepada mbak itu yang berakibat mbak yang jutek itu tiba – tiba langsung ramah terhadap saya. Saya jadi diberi senyum simpul yang menurut saya senyum itu benar – benar merusak estetika pagi saya. Maklum wajah mbak itu agak ke timur – timuran maksudnya jawa timur. Dan kelakuan mbak itu kepada saya berbeda 180 derajat pada sebelumnya setelah mbak itu mungkin ditegur tapi tanpa sepengatuhan saya. Wah cukup lucu juga yah saya ingatnya. 

Ilustrasi Wajah Mbak Yang Jutek Itu
Mungkin manajer atau atasan itu mengerti cara menghadapi pelanggan yang terkadang membuat murka para penjual. Padahal saya tidak ada niat buat bikin mbak itu murka sama saya. Tapi itu mungkin jadi pelajaran saya kalaupun saya tiba – tiba berpikir untuk membuka lahan bisnis warung makanan juga. Intinya semua orang indonesia tau kalau prinsip berdagang itu “pembeli itu adalah raja”. Jadi apapun kondisi terpahitnya penjual itu harus sabar.

Jangan Sampai Nalar Kita Dijajah



Ketika saya membaca selembar demi selembar bacaan yang ada di majalah ibukota,terdapat tulisan “cara pandang kita atas dunia ini tergantung dari apa yang kita baca dan tonton”. Ketika itu juga saya langsung hening dan berpikir tentang makna yang terkandung dalam tulisan itu. Memang ada benarnya juga tulisan itu tapi mengapa yang menulis itu tidak berpikir kalau pengalaman kita juga mempengaruhi tentang paradigma kita atas dunia ini. Saya tak mengerti namun saya maklumi karena tulisan itu sifatnya subjektif jadi kebenarannya masih relatif.

Dilingkungan saya,banyak obrolan dini hari yang melibatkan orang tua yang sumbernya dari media televisi dan koran. Itu sudah masuk dalam kategori “baca dan tonton” seperti apa yang ditulis dalam kutipan itu. Makanya terkadang saya melihat kurang presisinya tulisan itu. Tapi saya menertawakan tentang ketidaktahuan para orang tua di atas ketidaktahuannya. Maksudnya,orang tua itu mungkin saja membaca dan menonton dari media elektronik dan cetak. Mungkin saja media tersebut menyebarkan informasi yang sifatnya bohong dan tidak benar. Lalu ketika para orang tua itu mendengar dan menonton langsung disampaikan lagi kepada temannya.

Itu bisa saja sesat informasi yang berakibat bisa jadi sesat informasi. Saya terkadang juga kurang percaya dengan apa yang dikatakan media,karena mereka berusaha menjajah nalar kita agar pola pikir kita di pengaruhi dengan kata – kata mereka itu. Intinya bahasa itu bisa merubah pola pikir masyarakatnya. Mungkin yang kelakuannya begitu bukan para orang tua saja yang lebih dekat ke obrolan yang bersentuhan dengan politik dalam negeri. Mungkin saya,kamu,kalian dan mereka juga begitu. Saya lebih mempermasalahkan media disini walau kadang media itu ada sisi baik dan buruknya juga,media tersebuttentunya jadi lebih memprioritaskan informasi namun terkadang juga ada propaganda dan mengagitasi pola pikir masyarakatnya dalam misinya.

Media Massa

Tapi saya tetap menghormati mereka yang ada di balik layar media cetak walaupun media elektronik. Tapi itu hanya sebagian faktor yang mesti kalian perhatikan. Maksud saya disini bukan membaca dan menonton saja yang dipengaruhi media. Kadang juga buku itu berbahaya. Ada yang mengatakan kalau umur buku itu harus setahun dan harus mendapat testimoni dari orang yang membacanya. Karena bisa jadi kita terjebak ke dalam isi buku itu. Kalau yang baik sih tidak masalah kalau sebaliknya bagaimana.

Saya hanya menyarankan kalian saja,agar lebih kritis lagi dalam berpikir walaupun saya belum mencapai titik kritis akut. Tapi saya berusaha mencermati dengan segala apa yang saya baca dan tonton. Walau juga diiringi dengan nilai emprisme saya. Sekian.