Dari Marah Lalu Ramah
Senin, November 12, 2012
Pagi itu di tjikini
tepatnya di tjilosari tempat bernaungnya para prama dan prami yang intelektual.
Namun saya tidak membahas tempat itu namun ada kejadian yang unik waktu saya
makan di tempat itu. Di depan tjilosari memang terdapat sebuah warung makanan. Tempat
itu biasanya menjelang siang sangat ramai sekali tapi waktu saya datang sangat
sepi sekali maklum saja waktu itu saya datangnya terlalu pagi jadi yang
tersedia hanya beberapa lauk yang saya kurang suka.
Waktu saya ingin
memesan makanan disana,makanan favorit saya sedang dalam proses matang tapi
saya rela menunggu karena itu makanan favorit saya. Mbak yang ada didalam
warung makanan tersebut juga menyuruh saya untuk rela sabar demi menunggu
makanan favorit saya. Tapi saya pikir cukup lama juga matangnya,maklum perut
saya tidak bisa berkompromi waktu itu. Jadinya saya batalkan untuk menunggu
makanan favorit yang sedang dimasak itu. Saya lalu beralih ke makanan yang
sudah tersedia saja. Tak tau kenapa wajah mbaknya langsung jutek dan saya pikir
dia marah mungkin dia pikir saya ini menghabiskan waktu dia aja,memang saya
akui mbak itu agak repot sih waktu pagi itu. Waktu saya pesan air dingin
mbaknya juga jutek jawabnya.
Namun,saya tidak
pusing dengan ekspresi wajah dari mbak yang kurang penting itu. Saya sadar saya
sebelumnya membuatnya repot,mungkin atasan atau manajer dari warung makanan
tersebut melihat tingkah laku mbak yang jutek itu kepada saya. Manajer atau
atasannya mungkin itu memberi kode terselubung kepada mbak itu yang berakibat
mbak yang jutek itu tiba – tiba langsung ramah terhadap saya. Saya jadi diberi
senyum simpul yang menurut saya senyum itu benar – benar merusak estetika pagi
saya. Maklum wajah mbak itu agak ke timur – timuran maksudnya jawa timur. Dan
kelakuan mbak itu kepada saya berbeda 180 derajat pada sebelumnya setelah mbak
itu mungkin ditegur tapi tanpa sepengatuhan saya. Wah cukup lucu juga yah saya
ingatnya.
Ilustrasi Wajah Mbak Yang Jutek Itu |
Mungkin manajer
atau atasan itu mengerti cara menghadapi pelanggan yang terkadang membuat murka
para penjual. Padahal saya tidak ada niat buat bikin mbak itu murka sama saya.
Tapi itu mungkin jadi pelajaran saya kalaupun saya tiba – tiba berpikir untuk
membuka lahan bisnis warung makanan juga. Intinya semua orang indonesia tau
kalau prinsip berdagang itu “pembeli itu adalah raja”. Jadi apapun kondisi
terpahitnya penjual itu harus sabar.
0 comments