Berdosakah Bila Manusia Sering Alih Profesi
Senin, Desember 29, 2014
Diawal Juli 2014, saya mendapat
pekerjaan baru. Ini memang sebuah momentum yang sangat mengesankan. Terlebih
saya bekerja di industry fashion. Itu sangat jauh dari harapan, tapi ini sebuah
tantangan yang membuat saya menjadi bergairah. Agak sebuah riskan juga menyebut
kata “bergairah”. Nyatanya saya agak sedikit bergairah, karena ketidaktahuan
saya tentang dunia fashion membuat saya menjadi nol.
Saya bertemu dengan teman – teman
yang sangat membantu saya untuk menuju pengetahuan tentang dunia fashion. Kami
dipertemukan di divisi female. Ya itu divisi baru dari perusahaan kami. Famela,
Fajar, Ade. Mereka bertiga adalah orang – orang satu divisi dengan saya. Famela
dan Ade adalah Fashion Designer. Saya dan Fajar adalah tim Marketing.
Saya sebelumnya belum pernah jadi
marketing untuk urusan Fashion. Tapi saya berusaha dengan pengetahuan terbaik
yang saya miliki. Tapi dua bulan berjalan menjadi Marketing. Saya dibuat
bingung dengan semuanya. Karena perusahaan itu ingin menciptakan bisnis baru.
Nama brandnya dengan segala keperluannya belum ada. Ya saya benar – benar tidak
bisa berbuat banyak. Ironisnya, Ade, Famela, Fajar adalah orang yang sangat
berpengalaman. Lebih senior dalam hal – hal mencari nafkah daripada saya. Tapi
saya hanya anak bawang yang sedang ikut dalam sebuah permainan.
Sayangnya, Fajar sudah hengkang
dan tidak mau bergabung di perusahaan ini. Saya menjadi pincang, saya butuh
orang yang berpengalaman. Tapi saya menjadi orang satu – satunya untuk
melakukan hal yang besar dan itu belum pernah saya lakukan sebelumnya. Dan ini
adalah sebuah eksperimen yang begitu ekstrim.
Karena, dalam beberapa bulan.
Perusahaan ini akan mengadakan peluncuran produk dengan konsep Fashion Show.
Shiiiit!!! Saya bisa apa, saya belum pernah kerjain yang beginian. Bahkan
Famela sebagai orang yang paling senior pernah berujar.
“Kalau gue yang punya perusahaan,
gue gak bakal hire elu dan ade, karena kalau gue mau bikin perusahaan dengan
produk fashion yang besar, gue harus rekrut orang – orang yang berpengalaman”
Ujar Famela.
Saya agak dibuat terhenyak
sebentar mendengar kata – kata itu, dan saya juga berpikir mengapa saya dipilih
untuk melakukan hal – hal yang seharusnya dilakukan oleh orang – orang yang
sudah berpengalaman. Tapi saya percaya, kalau sebenarnya saya sudah cocok dalam
hal ini namun tuhan menguji saya agar saya mendapat pengalaman yang mengesankan
dan mempunyai pengalaman yang setara dengan orang – orang yang berpengalaman
itu. Saya juga akan menjadi bagian dari itu.
Setelah mendapat pekerjaan ini,
saya dibuat terbuka oleh beragam eksotisnya dunia fashion. Bahkan, saya sampai
menonton film – film yang bersentuhan dengan fashion. Sebenarnya, kalau masalah
dunia fashion cowok saya agak sedikit tahu. Masalahnya, ini dunia fashion
wanita, bisnis fashion wanita. Inilah yang menjadi ada sesuatu yang membuat
saya berpikir ulang. Tapi, saya akan kembali ke misi saya sebagai seorang
pemasar jitu.
Belum lama sudah berharap, saya
sudah mendapatkan hal yang biasa terjadi dalam dunia pekerjaan. Saya resign di
Mosarstwo. Saya tidak terlalu menyesal ketika pergi dari profesi saya, saya
cuma benci perpisahan terhadap teman - teman saya. Apalagi, Ade teman saya itu
sudah keluar lebih dulu, dan muncul orang baru yang bernama Vivi. Jadi, kita
bertiga ( Famela, Vivi dan Saya) adalah orang - orang yang terakhir dalam merumuskan bagaimana Mosarstwo ini tetap berjalan. Pada suatu ketika, ada masalah internal. Saya resign dari sana. Tinggal mereka berdua. Foto diatas adalah momen terakhir saya, Famela dan Vivi.
*****
Alih Profesi dalam Waktu Dekat
Pada pertengan bulan desember 2014. Saya keluar dari Mosarstwo. Saya cerita kepada teman - teman kampus saya. Pada suatu hari, teman saya yang namanya Tyas sedang liputan. Dia bekerja sebagai wartawati di sebuah majalah Geoenergi. Sebelumnya dia bermukim di media Asatunews.com. Tyas ini saya chat via bbm. Saya memakai kata kata bersayap, yang pada intinya saya ingin bekerja seprofesi dengan dia. Dia menanggapi dengan baik, sebelumnya saya juga pernah meminta ketika dia berada di asatunews.com tapi saya gagal masuk.
Dengan berjalannya waktu, tetiba dia mengirimkan pesan berantai ke setiap kontak bbm. Isinya adalah grup media yang dia kerja sedang butuh banyak wartawan dan pekerjaan laiinya. Saya bilang saya tertarik sebagai wartawan. Padahal ada profesi yang sama dengan saya ketika di Mosarstwo pada waktu itu. Tapi saya ingin sebagai wartawan. Mau coba lebih profesional soalnya untuk perbanyak portfolio tulisan.
Setelah diskusi banyak dengan Tyas, teman kampus saya Fazin juga melamar disana, sebelumnya dia juga bersama Tyas di asatunews.com. Saya pikir, saya alih profesi menjadi wartawan tidak ada salahnya. Saya akhirnya datang ke kantor Geoenergi, ternyata bukan hanya Geonergi saja, ada Jurnal Maritim, Tambang dan CSR. Mereka sedang butuh banyak jurnalis. Akhirnya saya berkesempatan menghadap ke HRD sana.
Mungkin ada yang salah ya, ketika itu HRDnya kaget melihat saya mengambil jurusan komputer kok malah alih profesi ke Jurnalis.
"Gilang, kalau mau jadi IT ya IT saja, jangan ke Jurnalis. Kamu yakin melamar sebagai Jurnalis? Kalau pisau itu diasah mulu ya pasti tajem, perusahaan semua butuh yang bisa kerja seperti Pakar" Begitu kira - kira Kata HRDnya
"Iya pak, saya sudah menulis sejak 2009, karya saya lumayan ada puluhan, yang penting hari hari saya produktif" Ujar saya menanggapi komentar HRD
Itulah kiranya percapakan pendek saya dengan HRD di Media Grup PT. Multimedia Internetindo. Saya pikir mengapa orang - orang yang beralih profesi atau tidak sesuai pada jurusan yang diemban saat kuliah menjadi suatu fenomena. Pertanyaan saya ketika ditanggapi oleh HRD itu. "Apakah itu berdosa?". Saya pikir itu cuma arus zigzag yang intinya kita punya tujuan yg sama yaitu untuk Bahagia.
Tapi setelah berhadapan dengan HRD itu, saya akhirnya diterima menjadi Jurnalis di Majalah CSR dengan berbagai pertimbangan. Saya mulai Profesi yang sebelumnya pernah saya idamkan. Terima kasih Tyas, Terima kasih saya haturkan pada semua teman - teman saya yang ikut membantu perkembangan saya.
0 comments