Jika diusir, lebih baik pulang

Kamis, Desember 17, 2015


Ilustrasi/www.livescience.com
Bagaimana dengan judul diatas? Apakah kamu curiga dengan kondisi psikologis saya? Sebenarnya saya baik – baik saja. Kalian tau, bahwa setiap orang ingin sekali diakui keberadaanya walau tingkat eksistensinya kecil sekali. Anggap saja mereka itu hanya gumpalan dari warna – warna yang suatu saat akan dibutuhkan untuk melengkapi estetika lukisan.

Dalam beragam hal, eksistensi itu sebenarnya dibutuhkan oleh setiap orang, tapi mereka menganggap itu hal yang tabu jadi mereka seperti malu mengakuinya. Bisa pula dituduh sebagai pencitraan. Seperti yang Jean Paul Sartre katakan, bahwa eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi, maksudnya filsuf perancis ini bermaksud manusia akan memiliki esensi jika ia telah eksis terlebih dahulu dan esensinya itu akan muncul ketika manusia mati. Ya begitulah pokoknya. Dalam judul diatas ini, saya ingin bercerita tentang seorang anak yang ingin mengasah bakat dan kemampuannya di wadah yang seharusnya wajib dipertaruhkan segala pikiran, waktu dan raganya. 

Dalam hal ini, sebut saja anak itu Jhon!, Jhon adalah seorang mahasiswa yang katanya pintar, cerdas, kreatif, inovatif dan cakap. Petualangan jhon dalam organisasi sangatlah teruji, walaupun sedikit organisasinya tapi dia mendapatkan pengalaman yang berharga dan bisa didistribusikan kepada khalayak. Dalam cerita ini, Jhon masuk dalam sebuah organisasi sosial kemasyarakatan. Peran jhon disana tidak terlalu mewah, gagasan yang pernah dibangun juga dimentahkan tapi jhon tetap berusaha sebaik mungkin untuk menjaga dan membesarkan organisasinya.

Dalam suatu waktu, eksistensi jhon sudah diakui, didalam personal branding dia sudah diakui keberadaanya dengan predikat mahasiswa. Tapi walau diakui keberadaanya, didalam organisasi tersebut ada beberapa senior yang sudah lebih lama disana tidak ingin melihat perkembangan jhon ini dengan baik. Mereka itu, sangatlah bersinggungan dengan yang namanya mahasiswa, bagi mereka mahasiswa terlalu dewa dan menciptakan kelas – kelas lagi dalam tataran organisasi tersebut. Padahal Jhon merasa ini biasa saja, ini hanya masalah bagaimana cara kita memandang sesuatu hal.

Sudut pandang inilah yang membuat jhon sudah tidak merasa nyaman dengan situasi, padahal jhon merasa bahwa dia sudah menemukan rumah baru, tetapi jhon merasa seperti diusir dari organisasi tersebut, jhon dengan posisi sadar tidak mau berargumen berlebihan dan tidak ingin ada gerakan separatis. Bagi mereka, jhon tidak dibutuhkan. Bagi mereka, jhon terlalu pintar, organisasi tersebut hanya membutuhkan seseorang yang bisa kerja bukan yang pintar.

Jhon, mendengar pernyataan tersebut agak sedikit tergelitik. Dalam hati dia ingin bertanya pada orang yang memberikan pernyataan tersebut, pintar seperti apa yang tidak dibutuhkan diorganisasi? Jhon merasa gusar dan sedikit tahu diri. Karena jhon merasa seperti anak baru, jhon mengalah untuk mendapatkan wadah yang bisa menghargai perkembangan seorang manusia, di organisasi sosial kemasyarakatan itu tidak memberikan tempat terhormat kepada jhon, padahal jhon ingin mengabdi dan memberikan yang terbaik. Tapi jhon merasa seperti diusir, bagi jhon, lebih baik pulang ke rumah dan mecari hal hal lain yang baru.

Jhon Berkorban Semuanya, termasuk Asmara

Ya, dalam hal ini, siapa yang tidak marah kalau diusir dan merasa tidak dibutuhkan padahal ingin berkontribusi. Jhon juga demikian, wajar saja dia marah karena merasa tidak dihargai, merasa harinya di hardik. Bagi jhon, organisasi itu harus benar – benar di tinggalkan. Siapapun faktor yang akan membuat jhon bisa membuat bernaung lagi disana juga ikut ditinggalkan termasuk perempuan yang dia dekatkan.

Berat sekali bagi jhon untuk memilih keputusan ini, mungkin bagi jhon, perempuan itu dijauhi dengan sangat tidak masuk akal. Ada beberapa pertimbangan yang membuat jhon harus meninggalkan perempuan tersebut. Sebut saja, perempuan itu Nancy. Nancy adalah perempuan paling dekat dengan jhon di organisasi tersebut. Sangat dekat sekali. Karena nancy adalah senior juga dan orang yang paling kenal dengan para senior-senior lainnya, maka nancy bisa mengakibatkan jhon balik ke organisasi tersebut.

Jhon sudah merasa tersakiti, jhon sudah merasa tidak dihargai keberadaanya lagi, jhon sudah dibunuh identitasnya oleh mereka, jhon sudah didehumanisasi yang bersinggungan oleh asmara. Bagi jhon, meninggalkan mereka lebih baik atau bahasa relijiusnya itu hijrah. Walaupun jhon merasa masih ada perasaan dengan nancy, tapi resiko ini akan tetap diambil walau diujung jhon akan merasa menyesal. 

Tapi jhon percaya ada skenario lain yang akan mengantarkan jhon ke titik kebahagiaan. Begitulah nasib jhon dalam petualangan pencarian aktualisasi diri. Hinaan, airmata, gagal, kecewa, caci dan maki adalah segala bentuk proses yang akan menjadikan diri jhon lebih dewasa dalam menghadapi apapun dan dalam kondisi apapun. Jhon hanya bisa bersyukur kepada tuhan seru sekalian alam.

Terima Kasih Sudah Membaca

0 comments