Ironi Buku- Buku Yang Terpinggirkan

Sabtu, Agustus 22, 2015

Banyak mural – mural jalanan menuliskan bahwa buku adalah jendela dunia. Semua isi dunia ini semuanya ada dibuku. Buku membuat kita mendapatkan pengetahuan yang luas jika kita tekun dan rajin membaca hampir semua buku yang ada. Bagi saya pribadi, buku adalah sebuah mesin waktu, bisa pergi ke masa lalu, masa kini juga masa yang akan datang. Sebuah pemikiran orisinil dari para tokoh besar lewat beragam isinya, saya mengibaratkan mereka – mereka ini adalah guru yang disadari secara skriptualitas.


Saya walau tidak serajin para kutu buku diluar sana, tapi saya berusaha untuk membaca agar buku-buku merasa dihargai oleh manusia, karena adanya buku untuk dibaca dan dipahami. Toko Buku sangat banyak sekali, dari kelas bulu hingga kelas berat. Maksudnya, dari penjual mikro sampai makro sebut saja, penjual buku di pasar senen dengan gramedia atau gunung agung. Buku sangat berbeda dengan sebuah barang, walaupun secara fisik itu berupa barang. Tapi jika buku yang tua akan benar – benar dijual murah bahkan diobral. Bandingkan, jika barang tua yang dijual di Jl. Surabaya, Jakarta Pusat (Tempat benda – benda lawas).

Semakin lama barang itu, akan semakin tinggi nilai jualnya. Tapi Berbeda dengan buku. Ada beberapa buku yang saya beli dengan harga murah terbitan tahun 1970’an hingga 1990’an. Saya jadi bingung kadang – kadang. Padahal kan, buku itu sebuah investasi. Kok, malah dijual murah sekali. Saya sih bersyukur saja, kalau sampai harganya mahal juga kacau. Hanya mau mengkomparasi saja, iseng – iseng.

Bagi para penjual makro, kalau buku tidak laku dijual, buku itu akan diobral besar-besaran dengan harga yang ekonomis. Saya berterima kasih dengan obralan ini. Karena jujur saja, hanya beberapa kali saja saya beli buku digramedia dengan harga normal. Karena keterbatasan biaya, makanya kadang saya suka bertanya ke mas-mas di gramedia atau di toko buku senen tentang buku – buku yang diobral. Pernah seketika, saya berpikir kadang buku yang saya beli dengan harga ekonomis ini sangat menjadi buku andalan saya untuk dibawa kemana-mana. Intinya buku itu bagus sekali.Saya bacanya juga berkali-kali. Tapi kenapa buku sebagus ini dijual dengan harga murah, isinya informatif, motivatif dan punya daya tarik. Harusnya buku sebagus itu ada di rak – rak yang berdampingan dengan buku – buku yang tidak diobral lainnya.

Buku-buku yang saya dapat juga tidak sembarangan, semacam biografi Jhon F Kennedy, Perjalanan panjang Benazir Bhutto, Ragam cerita dari intelijen dengan sudut pandang yang lain, motivasi pemuda kontemporer yang mengedepankan sisi komitmen untuk selalu kreatif, tentang social media dan tentang  hal – hal yang kontemporer. Sekali saya beli bisa borong buku itu, berbeda kalau pakai harga normal saya hanya bisa beli satu buku. Hahaha.

Banyak buku – buku yang tersisih dari mata para intelektual kalau disejajarkan dengan buku – buku yang diobral. Seringkali, mereka mencari buku yang direkomendasi dan ada kemungkinan yang sedang mencari hanya bercokol pada rak yang punya titel best seller. Suatu waktu, saya pernah kepusingan hanya karena membawa uang pas-pasan, mau beli satu saja banyak pertimbangan, karena terkadang saya juga minta rekomendasi buku dari teman tapi kali itu hanya tadinya mau iseng saja, gara-gara banyak pertimbangan karena takut akan kualitas isi bukunya akhirnya hanya bisa lihat – lihat resensinya saja. Hahaha. 

Terima Kasih Sudah Membaca

0 comments