The phenomenon of social media

Senin, Februari 10, 2014


Fenomena kondisi social saat ini sangatlah menarik untuk di bahas. Apalagi untuk masalah anak muda – mudi yang kompleks dalam melakukan aktivitas yang narsisis. Hampir dalam satu decade ini, social media terus bermunculan dengan segala fiturnya. Sosial media sudah merubah cara komunikasi. Bahwa menurut teori determinasi teknologi, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kita yang membuat peralatan untuk komunikasi, kita juga yang dipengaruhi olehnya. Sangat sahih untuk realitas yang kini dirasakan oleh semua pihak.

Membludaknya media social di ranah maya membuat individu harus menunjukan eksistensinya, dari Friendster, facebook, twitter, google +, linkedin, blog, path dan sebagainya. Hampir setiap pengguna yang merasakan pelayanan dari media social itu merasa puas. Dengan media itu apa yang ingin kita bagikan jadi tersalurkan apalagi mendapat perhatian dari banyak orang yang melihat apa yang kita bagi.

Dari sebagian media social yang sudah diketahui publik, Facebook dan Twitter menduduki peringat teratas. Penggunanya sangat dominan sekali di bumi manusia ini. Bahkan menurut gue sendiri, Facebook sudah tidak bisa dikalahkan oleh media social apapun. Twitter hanya menguntit dibelakang Facebook. Jika ada media social yang mempunyai fitur berbeda, Facebook juga akan mengakuisisinya atau menduplikasi. Walau Path sedang “Hot” tetap saja penggunanya masih bergumul di social media yang didirak oleh Mark Zuckerberg itu.

Rekam Jejak Media Sosial “Gue”

Media social yang gue pakai jasanya pertama kali itu Friendster, pada saat itu sangat terbatas dan hanya mengandalkan komentar di profil kita. Selebihnya gue lupa fitur apa saja yang ada disana. Tapi, waktu dalam lingkup gue, hampir pemudanya berlagak di media social Friendster dengan sok emo, sok indie dan sok yang lainnya.

Setelah era Friendster lenyap, hampir di waktu yang bersamaan rezim Facebook tiba pada 09’an, gue langsung eksodus ke Facebook. Waktu itu gue lagi gemar sekali buat main di “Warung Internet” hampir intens untuk menggodok Facebook. Mencari teman, teman lama, teman baru dan lainnya. Waktu itu, facebook sulit sekali untuk dibuat karena harus menggunakan penambahan untuk menjadi pengguna dengan lewat Yahoo sebagai perantara.

Tapi selang beberapa tahun, teman lama gue muncul dan saling berbagi kabar, teman baru hadir dan saling bercerita tentang hal ini dan itu. Facebook waktu itu memonopoli hampir social media. Karena sifatnya kan “social network”. Berbeda dengan blog, multiply dan wordpress. Facebook hadir dengan segala fiturnya yang mutakhir, berafiliasi dengan games sampai membuat adiktif para penggunanya untuk bermain game di facebook.

Selama gue berselancar di dunia maya, ada beberapa bacaan yang membuat gue tertarik untuk bergabung ke Twitter. Kelebihannya, ada beberapa artis idola yang bisa kit abaca langsung aktivitasnya. Ini pula yang membunuh layanan berbayar. Waktu itu sering kita liat di tivi dengan “Ketik Reg spasi blab bla bla”. Di twitter juga berkesempatan untuk bisa nonton band/artis luar negeri dan local. Karena waktu itu gue sering ikut kuis di twitter. Bahkan, google + hadir dengan ada ancaman akan melengserkan twitter dan facebook kala itu. Tetap aja gak bisa mengalahkan facebook dan twitter. Lalu hampir apapun situs yang ada log in pasti bisa masuk lewat twitter atau facebook.

Di kehidupan maya khususnya di facebook dan twitter banyak sekali penyimpangan dari para pengguna. Bahkan tipe – tipe pengguna social media sudah ada ciri – cirinya saking banyak keanehan yang dibuat oleh para pengguna. Bahkan menjalar ke media social baru, Path!

Gue Benci Kehidupan di Path!

Path! Pernah dengerkan atau lu pernah liat temen lu berbagai dengan embel – embel path di twitter atau facebook. Path hanya tersedia di Ios dan Android. Penggunanya pun banyak sekali di Indonesia. Saking, penggunannya banyak di Indonesia. Path pun diakuisisi oleh pengusaha kenamaan di Indonesia. Jadi, kalau ada temen lu yang punya path berarti dia menggunakan Smarthphone. Sederhana aja sih.

Gue juga termasuk pengguna path semenjak punya android! Hehehe. Bencinya gue kenapa sama rakyat di path? Gue Cuma benci sama pengguna yang suka umbar makanan, hal yang gak penting di publish demi eksistensi, bahkan hal lainnya yang oversharing.

Itu orang yang suka umbar makanan gak mikir ya, kalau ada orang yang lagi puasa senin kamis gimana? Kalau ada yang belum makan terus gak punya duit gimana? Sama aja dia menari diatas penderitaan orang lain. Tega banget kalau itu terjadi sama gue. Untungnya belum. Hehehe. Benci aja gue sama kelakuan oversharing temen – temen gue di path. Gue pun gak senada dengan alam bawah sadar. Gue tahu kalau gue benci dan kenapa gue masih jadi anak path! Tapi gue bukan tipe yang oversharing.


Terima Kasih Sudah Membaca

0 comments